article
Dalam kampanye, calon penguasa kampung dan wakilnya terlihat kompak. Janji muluk-muluk diobral murah. Kampung itu tidak akan bising dan kacau lagi, tidak tergenangi air berlebihan, jalan lumpur akan menjadi jalan mulus. Maka, orang tersentak ketika sang wakil penguasa memilih untuk mundur. Banyak masalah masih tetap ada. Ketika didesak, penduduk kampung diminta bersabar.
Kata “kuasa” atau “kekuasaan” mungkin cenderung dipandang sebagai sesuatu yang negatif. Orang yang penuh kuasa segera dinilai sebagai orang jahat. Mungkin ini terjadi karena orang sudah cukup kenyang melihat sekian banyak contoh orang yang menggunakan kekuasaan mereka secara keliru demi keuntungan pribadi. Tidak jarang pula kita menjadi enggan mendekati Tuhan yang penuh kuasa itu.
Kebahagiaan itu soal pilihan. Kesedihan juga soal pilihan. Demi cinta, tidak jarang kita memilih merasakan kesedihan dalam mencintai.
Kegelapan sering dicari saat kita ingin menyembunyikan sesuatu. Tuhan yang bertahta dalam terang pun justru kita hindari. Kita tidak siap untuk melihat dengan jelas kenyataan diri kita yang sebenarnya. Saatnya akan tiba ketika Tuhan menyatakan diri-Nya. Tidak ada lagi kegelapan yang bisa menjadi tempat kita menyembunyikan segala ketidaktaatan kita. Jika kita selalu taat, kita tidak akan takut terhadap cahaya Tuhan, dan akan bersemangat menjawab seruan: “Datanglah menghadap Tuhan dengan sorak-sorai.”
Seorang kepala rumah ibadat mendatangi Yesus. Anaknya baru saja meninggal. Ia percaya, anaknya itu akan hidup lagi kalau saja Yesus sudi menyentuh jeazahnya. Iman yang luar biasa ini disambut hangat oleh Yesus. Ia mendatangi rumah orang itu, memegang tangan si anak, dan anak itu pun hidup kembali