Article Detail

Merenung Sejenak: Hati Bijaksana Menjadi panutan

Dalam kampanye, calon penguasa kampung dan wakilnya terlihat kompak. Janji muluk-muluk diobral murah. Kampung itu tidak akan bising dan kacau lagi, tidak tergenangi air berlebihan, jalan lumpur akan menjadi jalan mulus. Maka, orang tersentak ketika sang wakil penguasa memilih untuk mundur. Banyak masalah masih tetap ada. Ketika didesak, penduduk kampung diminta bersabar.

Para murid Yesus merasa lelah setelah kembali dari tugas berkeliling. Demi pemulihan tenaga, mereka pun menyingkir. Tanpa diharapkan, orang banyak tetap datang, Yesus punya pilihan, menolak atau menerima. Di saat seperti itulah otak dan hati harus bicara. Para murid butuh istirahat, tetapi orang banyak itu butuh pengajaran. Yesus dan para murid pun menunda saat istirahat. Sungguh, hati bijaksana menjadi penuntun untuk menangkap kehendak Tuhan dalam pengalaman yang terjadi di luar rencana yang matang.

 

Paulus Budi Winarto

Guru SMP Pendowo Ngablak-Magelang.

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment