article
Eksistensi Pancasila sebagai dasar negara dan pilar-pilar yang berdiri di atasnya terus dikumandangkan. Kesadaran untuk kembali pada pancasila sebagai pedoman bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dilatarbelakangi oleh berbagai macam persoalan. Pertama, tipisnya toleransi yang melunturkan kesadaran hidup berdampingan di tengah perbedaan budaya dan agama, kedua, krisis kemanusiaan yang diwarnai kekerasan dengan menggunakan simbol-simbol agama dan terkikisnya rasa keadilan terhadap masyarakat marginal, ketiga, terkikisnya karifan lokal yang melunturkan hidup bergotong royong dan musyawarah dalam menyelesaikan persoalan di masyarakat, dan keempat, krisis kebangsaan yang mengarah pada perpecahan di masyarakat.
Salah satu masalah yang sering muncul dalam pendampingan belajar anak adalah anak kurang memiliki semangat untuk belajar. Anak-anak lebih tertarik untuk bermain gadget, main musik, olah raga, jalan-jalan ke mall, dan sebagainya. Belajar bagi sebagian besar anak dianggap merupakan beban yang sangat berat, yang kalau bisa dijauhi atau dihindari. Masalah ini nampaknya menjadi kecenderungan pada masa kini, karena tawaran dunia hiburan di kalangan anak-anak kita begitu besar.
Pemerintah telah mengumandangkan revolusi mental dalam segala lini kehidupan, dan tak terkecuali di bidang pendidikan. Seruan revolusi mental semacam ini menunjukkan adanya suatu yang harus diubah, dibenahi dan diperbaiki dalammdunia pendidikan baik tentang kualitas kompetensi pendidik, kualitas peserta didik, kuriulum ideal (KTSP tahun 2006 atau Kuriulum 2013), kualitas sarana dan prasarana maupun kualitas metode dan perangkat pembelajaran.
Apa saja sasaran revolusi mental dalam bidang pendidikan, khususnya yang dapat dilakukan oleh seorang guru?
- 1. Bursa Paragraf
Tujuan dan teknik ini adalah agar siswa dapat menganalisis paragraf dari segi kelogisan dan keruntunan sebuah paragraf. Siswa mengambil guntingan paragraf sebanyak-banyaknya sesuai dengan waktu yang tersedia, setelah itu mereka menganalisisnya.