Article Detail

Revolusi Mental dalam Bidang Pendidikan

Pemerintah telah mengumandangkan revolusi mental dalam segala lini kehidupan, dan tak terkecuali di bidang pendidikan. Seruan revolusi mental semacam ini menunjukkan adanya suatu yang harus diubah, dibenahi dan diperbaiki dalammdunia pendidikan baik tentang kualitas kompetensi pendidik, kualitas peserta didik, kuriulum ideal (KTSP tahun 2006 atau Kuriulum 2013), kualitas sarana dan prasarana maupun kualitas metode dan perangkat pembelajaran.

Apa saja sasaran revolusi mental dalam bidang pendidikan, khususnya yang dapat dilakukan oleh seorang guru?

 

Panggilan Sebagai Guru

Sasaran utama revolusi mental sejatinya adalah kesadaran akan panggilan sebagai seorang guru. Kesadaran ini tampak pada beberapa hal penting antara lain:

Pertama, kembali ke identitas asli. Identitas asli seorang guru tampak pada filosopi arti kata “Guru” itu sendiri. Kata guru mengandung makna sangat dalam untuk memanusiakan anak manusia. Guru berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu Gu berarti gelap, dan Ru berarti terang. Guru berarti orang yang mengantar peserta didik dari gelap menuju terang.

Maka sejatinya, identitas seorang guru adalah orang yang mengantarkan peserta didik dari ketidaktahuan menjadi tahu, dari tidak pandai menjadi pandai, dari tidak bijaksana menjadi bijaksana, dari tidak jujur menjadi jujur, dari pamrih menjadi tanpa pamrih. Guru pun bukan sekedar megantarkan, melainkan memberikan pencerahan dan inspirasi sejati.

Kedua, internal Being dalam Hidup sehari-hari Guru. Internal Being (S.Dany Sanusi: 2014) perlu dihayati dalam hidup sehari-hari  pendidik dalam menjalankan profesi mulia ini. Ketika beberapa media massa ramai memberitakan perihal keinginan pemerintah menghapuskan tunjangan fungsional ataupun sertifikasi guru, protes dan kritik baik dari pengamat maupun dari para guru itu sendiri bermunculan di mana-mana. Kita pun patut berefleksi sejenak sejauh mana peran sertifikasi maupun tunjangan fungsional mampu meningkatkan profesionalitas guru? Sejauh mana hubungan antara kedua variabel tersebut?

Dalam refleksi penulis penulis, setiap pendidik mesti membangun internal being semacam ini.internal being bertujuan untuk merumuskan dan merefleksikan siapa seorang guru dalam menjalankan profesi mulia ini. Ia menyadarkan tentang nilai-nilai keutamaan yang diperjuangkan. Ia mendorong untuk menghidupi nilai-nilai keutamaan tersebut dalam hidup sehari-hari. Hidup merupakan sesuatu yang bermakna untuk kemanusiaan. Maka setiap perbuatan dilakukan tanpa menerapkan standar balas jasa, melainkan karena ia memiliki sikap belarasa terhadap yang lain.

Pada intinya internal being guru mengantarkan pada sebuah kesadaran bahwa profesi guru bukan semata-mata demi nominal semata, melainkan memiliki tujuan moral yang paling asali yaitu mengantarkan peserta didik dari ketidaktahuan manjadi tahu, dari tidak pandai menjadi pandai, dari tidak bijaksana menjadi bijaksana, dari tidak jujur manjadi jujur, dari pamrih menjadi tanpa pamrih. Profesi guru pun dijalani sebagai rahmat, amanah, panggilan, aktualisasi diri, ibadah, seni, kehormatan dan pelayanan. Inilah revolusi mental kedua dalam hidup sehari-hari seorang guru.

 

Profesionalitas Guru

Guru merupakan landasan dan dasar pembangunan sumber daya manusia suatu bangsa. Bahkan mantan presiden Vietnam Ho Chi Minh pernah berujar, “No Teacher, no education, no economic and no development”. Kalimat ini menyadarkan kita begitu sentralnya posisi guru dalam pembangunan sebuah bangsa. Guru menjadi dasar pembangunan pendidikan, pembangunan ekonomi dan pembangunan sumber daya manusia unggul. Guru profesional akan berakibat pada kualitas pendidikan bidang lainnya. Dalam rangka menerapkan profesionalitas dalam hidup sehari-hari guru, maka beberapa hal yang perlu menjadi perhatian, antara lain:

Pertama, pembinaan guru. Pemerintah perlu menegaskan kembali betapa pentingnya pembinaan terhadap kinerja guru. Pembinaan guru di sini meliputi: pengembangan karier, pemurnian motivasi, peningkatan keterampilan, pengetahuan, relasi sosial dan hidup kerohanian. Terjadinya beberapa kasus kekerasan terhadap peserta didik oleh oknum guru tertentu bisa terjadi karena pembinaan terhadap guru tidak optimal.

Kedua, sarana dan prasarana pendidikan. Kita sangat apresiasi usaha pemerintah melakukan perbaikan sarana dan prasarana sekolah di berbagai pelosok tanah air. Ruang kelas yang berfungsi dengan baik, dan dilengkapi berbagai fasilitas, tentu akan berpengaruh terhadap kualitas kinerja guru. Sarana dan prasaran sangat menentukan kualitas kinerja guru dan kualitas pendidikan. Sekolah pun tinggal memanfaatkan, menjaga dan merawat sarana dan prasarana yang sudah ada. Ini juga wujud revolusi mental.

Ketiga, kepemimpinan pendidikan. Profesionalitas guru sangat ditentukan kepemimpinan pendidikan di sekolah. Pemimpin harus menjadi teladan kepemimpinan. Dengan kata lain kata-kata dan tindakannya juga harus selaras. Kepala sekolah yang koordinatif, demokratif dan memiliki jiwa motivator terhadap para guru akan berpengaruh terhadap kualitas profesionalisme para guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

Keempat, terciptanya lingkungan kerja yang menyenangkan bagi guru. Lingkungan kerja yang harmonis, damai, sejuk dan menyenangkan menjadi salah satu hak pendidik dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Ketika lingkungan kerja mendukung, rekan kerja bersahabat, kepala sekolah yang bersifat melayani dan menuntun, ruangan kerja yang sejuk, maka dengan sendirinya akan memberikan pikiran jernih dan positif pada guru bersangkutan. Dia akan memiliki semangat total dan tanpa pamrih dalam mengajar.

Kedua poin utama di atas hanyalah beberapa nilai-nilai revolusi mental yang mesti dihidupi dalam kehidupan sehari-hari pendidik. Revolusi mental dalam kehidupan sehari-hari disesuaikan dengan konteks, tempat dan permasalahan yang dihadapi. Revolusi mental menuntut adanya perubahan nyata. Ia menyadarkan kita bahwa menjadi pendidik sejatinya bukan karena terpaksa, melainkan karena panggilan jiwa untuk melayani peserta didik dengan penuh cinta kasih dan kepedulian. Dia memunculkan totalitas asali sebagai seorang “Guru” yang membawa perubahan nyata. Karena itulah revolusi mental menuntut profesionalitas nyata. Profesionalitas unggul tentu berakibat pada peningkatan kualitas pendidikan di negeri tercinta ini. Semoga.


Paulus Budi Winarto

Guru SMP Pendowo Ngablak

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment