Article Detail

Menumbuhkan Motivasi Intrinsik Anak Untuk Belajar

Salah satu masalah yang sering muncul dalam pendampingan belajar anak  adalah anak kurang memiliki semangat untuk belajar. Anak-anak lebih tertarik untuk bermain gadget, main musik, olah raga, jalan-jalan ke mall, dan sebagainya. Belajar bagi sebagian besar anak dianggap merupakan beban yang sangat berat, yang kalau bisa dijauhi atau dihindari. Masalah ini nampaknya menjadi kecenderungan pada masa kini, karena tawaran dunia hiburan di kalangan anak-anak kita begitu besar.

Menanggapi masalah di atas, penulis ingin memberikan salah satu solusi dalam menjawab masalah ini dengan mengupas tema bagaimana menumbuhkan motivasi intrinsik anak. Tema ini dipilih karena yang menjadi penyebab mangapa anak tidak menyukai kegiatan belajar adalah karena mereka tidak merasa tertarik dengan kegiatan belajar.

Motivasi intrinsik adalah daya dorong untuk terlibat dalam suatu aktivitas karena daya tarik aktivitas itu sendiri. Orang yang secara intrinsik termotivasi adalah mereka yang mengerjakan suatu pekerjaan karena menyukainya. Terlibat dalam aktivitas itu sendiri telah merupakan rewards .    Sebaliknya motivasi ekstrinsik adalah daya dorong untuk melakukan suatu aktivitas sekedar sebagai alat untuk mencapai tujuan akhir. Mereka yang secara ekstrinsik termotivasi melakukan suatu kegiatan karena mengharapkan rewards yang diinginkan, misalnya, pujian dari guru, atau menghindari hukuman.

Hubungan antara motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik bukan seperti dua kutub dalam satu skala, bila yang satu tinggi berarti yang lain harus rendah. Untuk aktivitas tertentu seseorang mungkin memiliki motivasi intrinsik yang tinggi dan pada aktivitas yang lain motivasi intrinsiknya sangat rendah; atau keduanya tinggi atau keduanya rendah pada aktivitas-aktivitas tersebut. Hal lain mengenai motivasi intrinsik dan ekstrinsik adalah keduanya bergantung pada konteksnya, artinya suatu kegiatan yang sama dapat memberikan motivasi secara intrinsik dan ekstrinsik bagi dua orang yang berbeda. Contoh: Belajar Bahasa Inggris bagi seseorang secara intrinsik tinggi motivasinya, bagi orang lain tinggi secara ekstrinsik.

Hubungan Motivasi Intrinsik dengan Belajar

Seorang siswa yang mengerjakan suatu tugas karena alasan-alasan yang bersifat intrinsik tidak saja lebih menyenangkan, tetapi juga terdapat bukti-bukti bahwa motivasi intrinsik memperlancar belajar dan meningkatkan pencapaian hasil belajar. Hal ini terjadi karena mereka yang termotivasi secara intrinsik memperhatikan apa-apa yang diinstruksikan, mengulang-ulang pengetahuan baru, mengorganisasikan pengetahuan, dan menghubungkannya dengan apa yang telah diketahuinya dan menerapkan pengetahuannya itu dalam beberapa konteks yang berbeda. Akhirnya belajar itu sendiri menumbuhkan motivasi intrinsik.

Pada saat keterampilan siswa berkembang mereka merasa telah terjadi peningkatan harapan diri yang tinggi dalam diri mereka disertai harapan-harapan terhadap hasil yang baik, hal tersebut pada gilirannya akan meningkatkan motivasi intrinsik dan terus mendukung belajar. Harter (1984) menyusun skala berdasarkan asumsi motivasi intrinsik yang terdiri dari lima aspek;

  1. Kesukaran akan tantangan dibandingkan tugas-tugas yang mudah.
  2. Mengerjakan sesuatu dengan insentif untuk dapat memuaskan minat dan keingintahuan diri sendiri dan bukannya untuk menyenangkan guru atau mendapatkan nilai yang baik.
  3. Usaha-usaha mandiri agar mampu menguasai sesuatu bukannya tergantung pada guru.
  4. Memiliki penilaian sendiri bukannya tergantung pada penilaian guru.
  5. Memiliki kriteria sukses atau gagal sendiri bukannya kriteria dari luar dirinya.

Implikasi bagi Guru dalam Menumbuhkan Motivasi Intrinsik

Implikasi bagi guru kelas dalam menumbuhkan motivasi intrinsik adalah dengan membangun orientasi dalam kelas. Implikasi itu antara lain:

  1. Memberi tugas-tugas yang dapat mendorong siswa agar lebih menyukai tantangan daripada tugas yang mudah. Contoh: “Sekarang, kerjakan permainan puzzle yang lebih sulit ini. Kemarin kamu dapat mengerjakan puzzle itu dengan mudah dan cepat”.
  2. Tumbuhkan dalam diri siswa suatu inisiatif yang memuaskan rasa ingin tahu dan minatnya bukan untuk menyenangkan guru dan mendapatkan nilai yang baik. Contoh: Guru memberi tugas kepada siswa membuat karya tulis dan menyarankan agar siswa memilih topik yang benar-benar ingin dikuasai atau disukainya. Guru membantu proses pembuatannya dan setelah selesai, pemberian nilainya didasarkan atas usaha, kualitas, dan perasaan siswa seberapa banyak mereka dapat mengambil pelajaran dari tugas tersebut.
  3. Beri dorongan agar siswa berusaha sendiri dalam menguasai sesuatu ilmu bukannya bergantung pada guru. Contoh: Guru IPA di SMA memberikan daftar aktivitas dan sasaran dari masing-masing mata pelajaran. Siswa harus melakukan tugas-tugas tersebut sendiri dan kemudian mengikuti ujian tertulis serta praktik di laboratorium sebagai bukti penguasaan atas sasaran-sasaran kegiatan yang dimaksud.
  4. Berikan kesempatan siswa untuk memberikan penilaian sendiri tanpa bergantung pada penilaian guru. Contoh:  seorang guru SD membuat enam sampai dengan delapan kegiatan terpisah setiap pagi, kemudian dia bertanya kepada masing-masing siswa untuk memilih empat kegiatan yang ingin mereka lakukan dan dengan urutan kegiatan yang hendak mereka selesaikan lebih dahulu.
  5. Biasakan siswa untuk menggunakan kriteria sukses dari dalam dirinya sendiri bukannya kriteria sukses yang ditetapkan dari luar dirinya (eksternal). Contoh: Seorang pelatih bola basket melihat kembali rekaman pertandingan dengan timnya untuk penguasaan keterampilan dan kemahiran. Dia meminta masing-masing pemain untuk melakukan evaluasi terhadap permainan mereka dalam pertandingan tersebut dengan memberikan alasan-alasan tentang keberhasilan dan kegagalan masing-masing, serta apa saja yang harus dilakukan agar dapat tampil lebih baik.

Menanamkan Rasa Tanggung jawab Pribadi

Tanggung jawab pribadi menjadi salah satu strategi yang dilakukan agar anak memiliki motivasi intrinsik yang tinggi. Contoh-contoh strategi yang dapat digunakan untuk mengajarkan tanggung jawab pribadi di dalam kelas:

  1. Jadilah model bagi siswa dan yakinlah bahwa anda dapat membangun rasa tanggunjawab pribadi diri mereka. Seorang guru merapikan sendiri buku, menghapus papan tulis, membersihkan sampah, merapikan meja setelah mengajar sehingga kelasnya menjadi bersih dan menyenangkan bagi murid.
  2. Tumbuhkan rasa tanggung jawab pribadi. Jangan biarkan siswa menyalahkan pihak lain atas kegagalan mereka atau menunjuk nasib baik atas keberhasilan mereka. Contoh: Seorang guru membahas hasil ulangan dengan masing-masing siswa apa yang dirasakan siswa mengenai setiap bagian dari tes tersebut baik itu telah dikerjakan dengan benar ataupun salah serta apa yang dapat dilakukan siswa agar mendapatkan hasil yang lebih baik.
  3. Minta agar siswa menentukan sasarannya sendiri, evaluasi kemajuan mereka dan mengubah strategi bila diperlukan.Contoh: Seorang guru memberikan tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Siswa diminta untuk membuat sasaran harian atau selama periode tertentu berapa banyak dari keseluruhan tugas tersebut yang menurutnya dapat diselesaikan. Mendekati akhir dari setiap periode, guru dan siswa bersama-sama mengevaluasi hasil kerja siswa dan membahas apakah ada perubahan yang perlu dilakukan sehubungan dengan penyelesaian tugas. Kemudian keduanya mencatat kemajuan dan pencapaian hasil kerja di masing-masing periode tersebut.

Proses Motivasional

Motivasi intrinsik adalah suatu proses membimbing anak untuk mencari dan meraih tantangan, di mana kepuasan dari kebutuhannya mengarah pada kompetensi dan penentuan diri. Kebutuhan tantangan itu ada dalam jangkauan anak. Bila tantangan terlalu mudah, mereka tidak akan menemukan kesulitan, tetapi bila tantangan terlalu sulit mereka akan mengalami hambatan dalam usaha-usahanya. Motivasi intrinsik akan terganggu bila seseorang tidak melatih penentuan dirinya. Mereka merasa tindakan sesuai dan bebas untuk memilih. Sayangnya, dalam kelas siswa hanya memiliki sedikit pilhan terhadap apa yang mereka lakukan dan kapan mereka dapat melakukan hal tersebut. Motivasi intrinsik dapat berkurang bila seseorang percaya tindakan mereka dipengaruhi oleh hal-hal di luar dirinya.

Maka, tugas kita para guru dan orang tua untuk semakin memberikan kegiatan yang menantang, terukur, dan memuaskan seorang anak untuk lebih percaya diri sehingga akan semakin membuat anak bertanggung jawab terhadap tugasnya dan semakin memberikan ketertarikan mereka untuk belajar. Ingin anak anda berhasil?  mulailah dengan menumbuhkan Motivasi Intrinsiknya.

 
Paulus Budi Winarto
Guru SMP Pendowo Ngablak

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment