article
Mendidik para peserta didik (siswa)merupakan perjuangan panjang bagi para guru. Apalagi kenakalan sangat dekat dengan mereka sehingga guru sering dibuat geregetan. Lalu apa yang dilakukan guru? Biasanya guru tak Cuma diam melihat kenakalan siswa, celaan, makian bahkan pukulan bisa diterima oleh siswa.
Pluralisme/Kebhinekaan masyarakat akhir-akhir ini terusik kembali dengan terjadinya berbagai macam kerusuhan yang berbau SARA di berbagai daerah. Tak terkecuali di Wilayah Jawa Tengah, seperti yang terjadi di Temanggung beberapa waktu yang lalu. Hal ini tentu membuat kita tercengang. Wilayah Jawa Tengah yang dari dulu dikenal sebagai wilayah yang kondusif tiba-tiba dikejutkan dengan berbagai peristiwa kerusuhan yang berbau SARA. Dengan peristiwa tersebut sebenarnya memberi pelajaran yang sangat penting untuk kita semua, bahwa kesadaran mengenai pluralisme atau kemajemukan di masyarakat perlu ditanamkan sejak dini terutama melalui dunia pendidikan. Supaya anak-anak sejak dini sudah mempunyai kesadaran bahwa mereka hidup di tengah-tengah masyarakat yang plural atau majemuk.
Diakui atau tidak, sense of crisis atau kepekaan sosial yang dimiliki siswa kita masih cenderung rendah. Hal ini ditunjukkan dengan maraknya tawuran pelajar, seks bebas, penggunaan narkoba, serta berbagai tindak amoral lainnya. Kondisi seperti ini sangat memprihatinkan, karena di tengah krisis bangsa yang berkepanjangan, maraknya korupsi para pejabat Negara, kerusakan lingkungan yang terus terjadi, dan berbagai penyakit masyarakat yang lain, kepedulian generasi muda sangat dibutuhkan oleh bangsa Indonesia.
Istilah kekerasan tentu tidak asing lagi ditelinga kita. Berita-berita tentang kekerasan menghiasi halaman majalah, koran bahkan menjadi headline news pada siaran-siaran televisi. Padahal kekerasan masuk juga dalam kategori pelanggaran HAM, karena setiap manusia di muka bumi inin mempunyai hak untuk hidup dengan nyaman bebas dari tindakan kekerasan.