article
Standardisasi dalam Penelitian Tindakan kelas (PTK)
Apakah ada standard untuk menguji kualitas penelitian kualitatif, baik yang abstrak maupun yang konkret? Ternyata yang ada hanyalah dalam ungkapan yang luas saja yang mungkin untuk penelitian kualitatif. Howe dan Eisenhardt (1990) dalam Creswell (1998: 195) mengemukakan lima standard, antara lain:
Tiga Fase Observasi dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Leson Study)
Tiga fase esensial dalam mengobservasi kelas adalah pertemuan perencanaan, observasi kelas, dan diskusi balikan. Dalam pertemuan perencanaan pihak guru yang menyajikan dan pihak pengamat mendiskusikan rencana pembelajaran. Yang perlu didiskusikan adalah bagaimana penyajian langkah-langkah pembelajaran dilakukan dan bagaimana pengamat akan mulai dengan pengumpulan data melalui observasi dilakukan. Pengumpulan data objektif dari tindakan belajar mengajar guru seperti sudah disepakati bersama, selanjutnya akan dianalisis dalam diskusi balikan sesudah tampilan pembelajaran selesai. Guru dan pengamat akan mempelajari bersama hasil observasi, menyepakati hasil pengamatan yang berbentuk kekurangan atau keberhasilan untuk dijadikan catatan lapangan, dan mendiskusikan langkah-langkah berikutnya.
Menyusun Hipotesis dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Hipotesis lazim digunakan dalam penelitian-penelitian yang bertradisi kuatitatif dengan pola pikir deduktif-verifikatif. Pada kajian-kajian kualitatif, lebih banyak diajukan pertanyaan penelitian dari pada menyusun hipotesis (Creswell: 1994:70). Creswell menyarankan untuk mengajukan pertanyaan penelitian dalam bentuk pertanyaan besar atau yang disebutnya a grand tour question atau dapat juga disebut a guiding hypotheses, dan pertanyaan kecil khusus yang disebutnya sub question. Di lain pihak, para pakar penelitian kualitatif ada juga yang menggunakan hipotesis, seperti Elliot (1991:30) dengan istilah hipotesis diagnostic (diagnostic hypotheses) untuk mengidentifikasi dan mendiagnosis permasalahan yang timbul pada waktu proses inkuiri/penelitian sedang berlangsung; atau hipotesis praktis (practical hypotheses) untuk mengidentifikasi permasalahan pembelajaran dan bagaimana pemecahannya. Lincoln dan Guba (1985:38) dalam penelitian inkuiri naturalistiknya menggunakan hipotesis kerja atau working hyphoteses untuk dijadikan pegangan dalam langkah-langkah penelitian. Hopkins (1993:69) cenderung mensejajarkan pertanyaan penelitian dengan hipotesis.
Kerangka Laporan penelitian Tindakan Kelas
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
- Identifikasi Masalah
- Rumusan Masalah
- Tujuan Penelitian
- Manfaat Penelitian
Kredibilitas Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Para pakar penelitian sering mempertanyakan reliabilitas dan validitas penelitian seperti Penelitian Tindakan kelas (PTK) yang merujuk pada tradisi kualitatif, yang karena sifatnya yang deskriptif dan naratif mempunyai cara sendiri di dalam menegakkan derajat keterpercayaannya, berbeda dengan penelitian yang sifatnya generatif dan memakai ukuran-ukuran realibilitas dan validitas yang sudah baku dari tradisi positivistik
Reliabilitas menunjuk sejauh mana kajian dapat direplikasi, apakah seorang peneliti dengan menggunakan metode yang sama akan mendapat hasil yang sama? Masalah ini bagi peneliti naturalistik seperti peneliti Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan problema besar, karena fenomena yang dihadapinya unik, karena karakteristik data dan proses penelitiannya berbeda, karena konvensi yang harus diperhatikan dalam menyajikan hasil-hasil penelitian, dan karena aturan main dan etika yang harus dipegang oleh para penelitinya. Apabila kaidah-kaidah mencapai reliabilitas yang baku untuk kondisi laboratorium dipaksakan, maka penelitian akan kehilangan alur kewajarannya, padahal setting yang alamiah yang menjadi yang dipersyaratkan dalam Penelitian Tindakan Kelas. Demikian juga perhitungan dan pengukuran yang pasti akan menyebabkan daya konstruksi yang kuat dalam menyusun kategori untuk analisis akan terkendala apabila fenomena yang diobservasi terlalu dini direduksi atau distandardisasi.