Article Detail

Yuk...Tetap Semangat Membuat Prosedur Pembelajaran yang Baik!

Mengapa banyak siswa menjadi jenuh dan bosan mengikuti proses pembelajaran di kelas? Kalau kita refleksi secara mendalam, ada beberapa kesalahan dalam proses pembelajaran kita selama ini. Pertama, pembelajaran bersifata konvensional (menerangkan-mengerjakan latihan-ulangan) sehingga kurang memberi daya tarik siswa. Kedua, bahan pelajaran bersifat abstrak, kadang jauh dari realitas kehidupan siswa sehari-hari. Ketiga, sekolah terjebak dalam kondisi “membosankan”, ritme pembelajaran itu itu saja, kurang variatif.

Kadang-kadang kesalahan-kesalahan di atas,  masih diperparah oleh kesalahan-kesalahan lain. Misalnya: Guru sekedar melakukan transfer ilmu yakni sebagai pengajar, lalu kapan menjadi pendidiknya? Guru kurang mengendalikan proses, biasanya kaget ketika bel berbunyi pertanda jam pembelajaran telah habis, lalu dengan cukup terburu-buru harus pindah kelas, tanpa kesimpulan, tanpa pesan apalagi refleksi yang bermakna.

Proses pembelajaran dalam kelompok berjalan seadanya dan sering kurang terarah/terbimbing. Banyak guru kadang tidak konsisten dengan rencana atau persiapan pembelajarannya sendiri.

Pembelajaran yang baik dan menarik memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (a) Pembelajaran dirancang dengan memperhatikan konteks siswa (Contect teaching Learning). (b) Partisipasi aktif siswan menjadi syarat mutlak terjadinya kegiatan belajar. (c) Adanya tumpuan (scafolding) sehingga pembelajaran menjadi lebih baik, misalnya: guru telah membuat design pembelajaran, persiapan yang matang, pakai alat bantu, alat peraga, animasi, gambar, dan sebagainya. Guru mampu memanfaatkan aspek-aspek di luar kognitif: rasa senang, tertarik, ada alunan musik, nyanyi, gerak tubuh, dan sebagainya. (d) Guru mempersiapkan peta konsep dan alur pembelajaran sehingga ada prioritas kegiatan yakni misalnya bahan esensial, bahan tambahan dan bahan selingan. (e) Proses, kegiatan dan bahan-bahan pembelajaran diramu menjadi sebuah modul pembelajaran yang baik. (f) Pembelajaran mampu mengembangkan kemampuan berpikir siswa dengan mengaktifkan siswa dalam keterampilan proses. (g) Self confidence dan kemabdirian siswa terbentuk.

 

Hasil Belajar Ditentukan Oleh Kegiatan Belajar

Kegiatan belajar hampir mirip dengan kegiatan oleh raga. Kesuksesan atlet (hasil) sangat tergantung oleh latihannya. Kalau ia ingin menjadi pemain bulutangkis handal ia harus melakukan kegiatan latihan bulu tangkis dengan tekun. Demikian juga proses belajar, jika setiap hari kegiatannya menghafal maka hasilnya adalah pengetahuan (memori) hafalan.  Jika kegiatannya mengamati, mencoba, berdiskusi, berbicara, membuat diagram, membuat grafik maka hasilnya adalah ingatan dan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap perilaku. Kegiatan yang dilakukan/dilatihkan akan menemukan hasilnya.

Jika seorang guru sadar bahwa hasil belajar siswa ditentukan oleh kegiatan belajarnya, maka strategi yang perlu ditempuh oleh guru adalah memaksimalkan kegiatan belajar siswa. Apa yang perlu dilakukan oleh guru guna tujuan tersebut antara kain adalah: (a) Mengenali bentuk-bentuk kegiatan belajar siswa, variasi kegiatan belajar, antara lain: diskusi kelompok, mengadakan percobaan, membaca di perpustakaan dan membuat resume, ringkasan atau sejenisnya, dan lain sebagainya. (b) Merancang pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. (c) Memberi motivasi dan membimbing siswa melakukan kegiatan belajar. (d) Memanfaatkan minat dan bakat siswa (memanfaatkan kecerdasan majemuk). (e)Menggunakan sarana-prasarana yang mendukung siswa giat belajar (perpustakaan, out door class, dan sebagainya).

 

Prosedur Pembelajaran yang Mengaktifkan Siswa

Prosedur adalah tahap-tahap yang harus dilalui agar proses pembelajaran benar-benar menjadi aktivitas siswa. Semakin tinggi keterlibatan siswa maka akan semakin tinggi pula hasil belajar yang diperolehnya.

Prosedur 1: Siswa diberi peluang untuk menemukan, untuk itu kegiatan yang dimungkinkan adalah: Melakukan pengamatan; Melakukan percobaan; Membaca buku teks ataupun naskah lainnya; Melakukan wawancara; Membuat sesuatu( membuat sketsa, gambar dan sebagainya) ; Mengerjakan sesuatu (meringkas buku, menggarisbawahi pokok-pokok penting dalam suatu bacaan, mencari kosakata dengan kamus, dan sebagainya).

Prosedur 2: Siswa diberi peluang untuk berinteraksi, denga cara: Berdiskusi dalam kelompok dua orang atau kelompok yang lebih besar; Mengajukan pertanyaan; Meminta pendapat orang lain; Memberikan komentar terarah; Bekerja dalam kelompok, dan sebagainya.

Prosedur 3: Siswa diberi peluang untuk berkomunikasi, pengungkapan pikiran dan perasaan baik secara lisan maupun tulisan, dengan cara: Mendemonstrasikan; Menceritakan kembali/berbicara; Melaporkan lisan atau tulisan (diagram, sketsa, grafik, tulisan) ; Memanjang hasil karya, dan sebagainya.

Prosedur 4: Siswa diberi peluang untuk Refleksi, yakni kegiatan mengambil makna atas gagasan atau pengalaman yang diterimanya ataupun memikirkan kembali tentang apa yang sedang dipikirkan atau dipelajari. Mempertanyakan (sebab, proses, akibat, bagi orang lain, diri sendiri, masyarakat, lingkungan, dan sebagainya). Meminta siswa lain memberikan komentar atau pendapat.

 

Mengasah Kompetensi (To Be Competence)

Dengan proses pembelajarn yang dirancang dengan empat prosedur di atas, kompetensi siswa akan terasah, setiap kali mereka melakukan proses kegiatan pembelajaran: dalam teras pengalaman, interaksi, komunikasi, dan refleksi. Dengan cara ini otak siswa berfungsi sebagai organ berpikir, bukan sekedar organ untuk alat “merekam”.

Selain empat prosedur di atas, guru juga harus mampu menciptakan suasana kelas yang kondusif. Kelas di desain sedemikian rupa sehingga menjadi tempat yang memperlihatkan kreativitas dan dinamisitas siswa. Misalnya hasil-hasil kerja siswa dipajang dengan ditata rapi. Kelas menjadi ajang pemrosesan kegiatan dan pemajangan hasil belajar. Guru jangan hanya bertumpu bahwa hasil belajar siswa berupa nilai angka saja.

Masih banyak variasi hasil belajar siswa yang perlu juga untuk diapresiasi. Pengaturan pemajangan dilakukan sedemikian rupa sehingga menarik dan nyaman, enak untuk dinikmati. Sarana prasarana dan sumber-sumber belajar dipergunakan untuk semakin mempermudah siswa menangkap dan menerima konsep, ide dan ilmu pengetahuan yang bersifat abstrak. Alat bantu/alat peraga akan menjadi semacam media yang mempermudah siswa menangkap sesuatu yang abstrak. Semoga.

Paulus Budi Winarto
Guru SMP Pendowo-Ngablak-Magelang

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment