Article Detail

Yuk....Mewujudkan PendidikanYang Berbasis Kebudayaan

Ada hubungan integral antara pendidikan dan kebudayaan. Bahkan tidak dapat dipisahkan. Keduanya saling memperkaya dan menjadi media dalam membina, membentuk, dan mengembangkan manusia-manusia muda menuju kepenuhannya.

Di samping itu, pendidikan hendaknya dibangun dari dan atas pertimbangan kekayaan budaya manusia, bukan atas kepentingan penguasa atau proyek komersial semata. Tujuannya, setiap orang dihormati dan dihargai dalam keunikannya sebagai pribadi di dalam kebersamaannya dengan yang lain. Artinya, aktivitas pendidikan ditempatkan dalam kerangka pertumbuhan manusia secara menyeluruh.

Pendidikan dan kebudayaan merupakan dua hal yang saling memperkaya. Melalui pendidikan, kebudayaan ditransformasikan dan dibahasakan secara ilmiah. Melalui kebudayaan, pendidikan diimplementasikan dalam perilaku sehari-hari. Pendidikan dan Kebudayaan menjadi bagian tidak terpisahkan dari hidup manusia, karena hanya manusia yang dapat mendidik dan membudaya. Menurut H. Richard Nieburn dalam Christ  and Culture; 1951, manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaannya. Ia selalu membudaya. Di dalam keduanya ada hubungan dialektis: manusia adalah produk budaya dan budaya adalah produk manusia. Keduanya saling mengadakan.

Dialektika ini menurut Peter L Berger dalamThe Social reality Of Religion; 1973, terdiri atas tiga tahap, yaitu tahap eksternalisasi: proses pencurahan dari manusia terus menerus ke dalam dunia melalui aktivitas fisik dan mentalnya; tahap objektivikasi: tahap manusia menghasilkan realitas objektif yang berada di luar dirinya, sebagai konsekuensi logis dari tahap eksternalisasi;  tahap internalisasi: tahap manusia kembali menyerap realitas objektif yang dihasilkannya.

Dalam ketiga tahap itu tampak bahwa manusia menjadi subjek yang “mencipta”, “menikmati”, dan “memaknai” realitasnya. Realitasnya  menjadi cerminan daya cipta, rasa, dan karya yang kreatif. Penciptaan dan pemaknaan akan realitasnya itu terjadi dalam konteks perilaku kebudayaan dan pendidikan. Melalui pendidikan dan kebudayaan manusia dibentuk, ditata, dimanusiawikan, dan didewasakan sebagai pribadi otonem dan sekaligus social, yang hidup dan berkembang dalam kebersamaan dengan yang lain. Dengan kata lain, pendidikan dan kebudayaan menjadi wahana, ruang, atau tempat manusia memanusiakan diri dan lingkungannya supaya semakin manusiawi. Pendidikan menjadi suatu kesatuan korelasi yang mentranformasi manusia dan dunianya supaya semakin manusiawi dalam seluruh dinamikanya.

Sebagai kesatuan korelasi pendidikan dan kebudayaan membantu manusia-manusia muda untuk memahami dengan tepat dirinya sendiri dalam hubungannya dengan sesamanya, alam sekitar, dan kegiatannya dengan warga masyarakat lain, serta Sang Pencipta. Semuanya  itu demi menjadikannya sebagai makhluk yang harmonis dan humanis – dengan segala kelebihan dan kekurangannya – di tengah sosialitasnya yang majemuk, penuh perbedaan dan persaingan. Jadi, pendidikan dan kebudayaan merupakan dua realitas dalam satu wilayah ruang, yang menjadi “miniatur” dari perpaduan antara forma dan materi, sikap dan perilaku/perbuatan, teori dan praktik, kritis dan commpn sense , ilmiah dan non ilmiah. Perpaduan itu terjadi dan terungkap dalam diri manusia: Manusia dalam keseluruhan potensi dirinya, yang menurut Gardner (1993), memiliki kecerdasan majemuk: kecerdasan logika, bahasa, seni, ruang, gerak, inter-personal, dan intra-personal. Oleh karena itu, ruang gerak pendidikan tidak boleh mengasingkan manusia dari ruang hidup dan sosialitasnya.

Pendidikan harus menempatkan manusia sebagai keseluruhan subjek dalam keseluruhan (aktivitas kegiatan) pembelajaran. Artinya, pendidikan harus memposisikan manusia, yang menciptakan diri dalam proses menjadi dirinya, sebagai pusat dan subjek bagi dirinya sendiri. Di sini dibutuhkan relasi dan komunikasi dalam proses pembelajaran guna mengembangkan seluruh potensi peserta didik, dan pengembangan personalitasnya supaya menjadi pribadi yang integral dan kreatif. Semoga.

Paulus Budi Winarto
Guru SMP Pendowo Ngablak-Magelang

 

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment