Article Detail

Yuk... Mendisiplinkan Anak Dengan Cara Yang Positif

Anak-anak berasal dari surga. Begitu kata John Gray, dalam bukunya Children Are From Heaven. Sebagai orang tua kita mestinya memiliki keyakinan bahwa anak-anak pada dasarnya adalah baik. Mereka adalah malaikat-malaikat kecil yang siap diarahkan kearah yang baik atau kearah yang buruk. Adanya sikap menentang atau memberontak dalam diri anak bukanlah sifat alami mereka. Jika hal itu terjadi ada baiknya perlu kita pikirkan dahulu mengapa mereka bersikap demikian. Seringkali anak-anak menuntut sesuatu bukan karena keinginan dari suatu penuntutan itu sendiri melainkan mereka tidak mendapatkan apa yang sebenarnya mereka butuhkan.

Banyak orang tua yang begitu sadar akan buruknya bersikap terlampau keras. Tetapi saat benar-benar dihadapkan pada kenakalan anak mereka pun menjadi begitu khawatir dan bingung. Mereka justru tambah merasa bersalah jika membiarkan kenakalan itu di depan mata. Mau tidak mau mereka pun tetap bersikap keras juga kepada anak dengan menjewer telinga, mencubit atau memukul pantat.

Ketika orang tua berhasil menghentikan kenakalan seorang anak dengan memukul pantatnya, orang tua pun beranggapan bahwa memukul pantat dapat menghasilkan perilaku yang baik seperti sebutir permen atau sebatang coklat untuk meredam atau tangisan anak.

Pola seperti itulah yang banyak menjebak orang tua. Memukul pantat hanya akan menjadi pemecah sesaat yang jika anak berbuat kenakalan yang sama dipukul lagi dan terus berulang lagi. Hal ini karena memukul pantat anak tidak mendorong anak untuk membuat keputusan-keputusan yang bertanggung jawab. Memukul pantat juga tidak meningkatkan pembuatan keputusan internal. Lebih dari itu, anak yang terlampau sering dipukul pantatnya dapat membuat mereka merasa tidak aman dan memiliki harga diri yang buruk. Apalagi jika kegiatan memukul pantat itu disertai kata-kata makian. Anak akan semakin tidak mempercayai bahwa mereka anak yang baik.

Dr. Sal Severe, seorang psikolog Cartright School District di Phoenix, Arizona, menyatakan bahwa anak yang terlampau sering dipukul pantatnya kemungkinan besar akan menarik dirinya dari pergaulan. Anak yang demikian menjadi terlalu mudah bergairah, terlalu aktif dan ganas. Anak-anak yang sering mendapatkan pukulan/kekerasan secara impulsif, mempercayai bahwa memukul atau berbuat kekerasan memang bagian normal kehidupan. Mereka pun akan belajar memukul kala orang lain berbuat salah dan kala sedang marah. Pemukulan pantat sekalipun dilakukan secara terencana dalam kondisi sadar dan tidak marah masih menciptakan perilaku negatif bagi anak.

Maka sudah saatnya orang tua menghilangkan kebiasaan terlampau sering menghabiskan waktu untuk memberi perhatian kepada hal-hal yang negatif saja pada diri anak. Sikap-sikap baik pada diri anak menjadi tertututpi karena orang tua yang selalu memfokuskan perhatian pada kenakalan anak. Saat orang tua terlalu memberikan perhatian negatif dan mengabaikan hal yang positif dalam diri anak, secara tidak langsung mereka telah mengajarkan kepada anak untuk berbuat negatif. Anak akan selalu berbuat nakal saat mereka ingin mendapatkan perhatian.

Karena itu sudah saatnya kita mengganti kebiasaan-kebiasaan negatif dengan memberikan umpan balik positif pada diri anak. Orang tua jangan berpikir bahwa kebaikan yang dilakukan oleh anak memang sudah semestinya dilakukan. Hargailah dengan sikap dan kata-kata. Ini akan menciptakan kepercayaan diri dan perasaan mampu, juga menambah semangat anak untuk berbuat lebih baik lagi di masa yang akan datang.

 

Dari berbagai Sumber

 

Paulus Budi Winarto

Guru SMP Pendowo Ngablak-magelang.

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment