Article Detail

TANTANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

Secara konseptual pendidikan karakter di satuan pendidikan secara tidak langsung sudah berjalan, mengingat di masing-masing satuan pendidikan terdapat mata pelajaran Pendidikan agama ataupun PKN sebagai pintu masuk dalam pengintegrasian pendidikan karakter. Namun dalam implementasinya ke depan akan mendapat banyak tantangan baik internal maupun eksternal.
Secara garis besar tantangan itu meliputi, pertama, kebijakan dan kurikulum. Sudah bukan rahasia lagi, kalau kebijakan pendidikan di Indonesia selama ini lebih mementingkan aspek kecerdasan otak. Bahkan banyak reaksi dari para pemerhati pendidikan yang mengomentari, bahwa kurikulum pendidikan di Indonesia hanya cocok untuk diberikan pada 10%-20% otak-otak terbaik. Artinya sebagian besar peserta didik (80%-90%) tidak dapat mengikuti kueikulum pendidikan di tingkat satuan pendidikan. Akibatnya sejak usia dini peserta didik sudah merasa bodoh karena kesulitan menyesuaikan dengan kurikulum yang ada.
Oleh karena itu, menjadi tantangan bagi kemendikbud dan jajarannya untuk memasukkan target pencapaian pembelajaran dari sisi pengembangan karakter peserta didik. Tentunya capaian itu harus dimasukkan ke dalam standar isi KTSP yang disusun masing-masing satuan pendidikan. Penuangan implementasinya bisa untuk semua mata pelajaran yang perlu dijabarkan dalam silabus, program semester, program tahunan, maupun RPP.
Kedua tantangan personalia pendidikan. Pendidikan karakter di satuan pendidikan tidak akan bisa berjalan tanpa pemahaman yang cukup dan konsisten oleh seluruh stakeholders pendidikan. Antara Kepala Sekolah, guru, karyawan, maupun pembantu pelaksana harus memiliki kesamaan persepsi tentang pendidikan karakter bagi peserta didik.
Keteladanan dalam hal ini kedisiplinan, tanggung jawab, perilaku bersih, sehat, serta adil, merupakan sebagian dari pendidikan karakter yang selama ini masih sulit dilakukan. Kiranya semua stakeholders satuan pendidikan, sebelum melakukan aksi tindakan untuk mengaplikasikan pendidikan karakter ini, perlu koreksi pada diri sendiri, apakah dirinya sudah bisa menjadi teladan?
Menyikapi berbagai tantangan, pihak satuan pendidikan dalam mengimplementasikan pendidikan karakter, kiranya perlu disadari oleh semua pihak bahwa pendidikan karakter tidak akan berhasil baik bilamana tidak ada keteladanan dari Stakeholder satuan pendidikan.
Lalu bagaimana dengan lembaga pendidikan di bawah yayasan Tarakanita yang mulai tahun pelajaran 2012/2013 menyelenggarakan pendidikan karakter Tarakanita dengan nilai-nilai Cc5 (COMPASSION, celebration, competence, conviction, creativity, comunity) KPKC (keadilan, perdamaiandan keutuhan penciptaan) kedisiplinan dan kejujuran? Bagaimana pengalaman berproses selama satu semester ini? Sudahkan diadakan suatu evaluasi? Mungkin perlu juga suatu ketika diadakan introspeksi diri. Apakah kita sebagai kepala sekolah, guru, karyawan, PP sudah memberi keteladanan kepada peserta didik mengenai nilai-nilai Cc5? Ataukah hanya sekedar tahu dan memahami Cc5? Tapi bagaimana implemantasinya dalam hidup sehari-hari? Tanpa suatu keteladanan, sulit rasanya pendidikan karakter Tarakanita ini akan berhasil. Itulah tantangan kita  pada saat ini. Tantangan Pendidikan Karakter.

Paulus Budi Winarto
Guru SMP pendowo Ngablak.
Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment