Article Detail

Sejenak Bijak: Nama Sebagai Alat pembeda

Pada kesempatan ini, kita masih membahas mengenai “nama”. Nama dapat dijadikan sebagai alat pembeda, antara Si Jingga dengan Si Putih. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya sebuah nama. Andai dua bayi kembar itu tidak diberi nama, maka orang-orang akan sulit membedakan dan bagaimana untuk memanggilnya. Andai perguruan tinggi tidak punya nama, maka bagaimana para mahasiswa, dosen, dan orang-orang yang bersangkutan bisa memberikan informasi, penjelasan dan mempromosikannya. Kalau saja took-toko itu tidak diberi nama, produk obat-obatan tidak dikasih nama, makanan dan minuman tidak diberi nama, Negara-negara di belahan dunia tak punya nama dan lain sebagainya, maka sungguh manusia akan bingung, mereka akan tertipu, dan akhirnya mereka pun akan menjadi stress.

Itulah nama, penting dan jangan sekali-kali untuk merendahkannya. Nama adalah bagian dari kehidupan kita, bagian dari alat komunikasi kita dan bagian dari masa depan kita. Tanpa sebuah nama, maka sudah barang tentu struktur pemahaman kita terhadap hidup dan kehidupan akan amburadul, dan bisa jadi takkan ada orang pintar, tak ada ilmuwan, filsuf, mungkin juga tak ada Tuhan, karena bagaimana kita tahu dan mengerti jika apa yang ada di jagad raya ini semuanya tanpa nama. Mungkin aku adalah kamu, kamu adalah dia, dia adalah Tuhan, Tuhan adalah filsuf, filsuf adalah penyair, penyair adalah pedagang buah, pedagang buah adalah anak itik, anak itik adalah air hujan, air hujan adalah bumi, bumi adalah kitab suci, dan seterusnya, tanpa tahu makna dan maksud yang sebenarnya.

Nama itulah tanda pembeda, tanda yang punya arti, tanda yang punya acuan, tanda yang menyimpan kekuatan, tanda yang menyimpan harapan, tanda untuk mengukir sejarah, tanda yang bisa dikenang, tanda untuk saling mengenal dan mengasihi, dan tanda yang kekal abadi.

Nama laksana cinta yang takkan pernah pudar oleh sengatan masa, ia selalu ada, dan dalam celah-celah keindahannya, manusia berlomba-lomba menciptakan sebuah nama yang lebih indah, keren dan mempesona.  Nama sangatlah penting, ia ibarat sepasang sejoli yang saling melengkapi. Andai diantara keduanya tak ada kesesuaian, maka konflik internallah yang akan terjadi, yakni konflik psikologis. Artinya, sang penyandang nama akan merasa malu atau benci dengan nama yang ia miliki. Nama bukanlah barang mainan, karena ia hanya diberikan sekali saja namun dipakai untuk selamanya. Nama adalah doa yang akan mengiringi kehidupan sang pemiliknya; adalah alamat yang terpercaya; adalah irama yang tak bermelodi tapi sangat menyentuh hati; adalah identitas diri di dunia ini dan di alam baka nanti; adalah harta yang tak ternilai harganya; adalah roh dari setiap impian, dan kenyataan telah membuktikan bahwa nama itu selalu dibutuhkan oleh umat manusia sepanjang masa.

 

Paulus Budi Winarto

Guru SMP Pendowo Ngablak-Magelang

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment