Article Detail
Sejenak Bijak: Kebebasan yang Bertanggung jawab
Apakah kebebasan itu? Apakah ia semisal roti bakar dan keju yang siap saji atau kehendak yang ingin selalu terpenuhi? Apakah ia semisal burung yang terbang tanpa tujuan? Katakanlah, katakanlah kepada diri Anda bahwa kebebasan itu hanyalah satu sisi dari kehidupan, sementara sisi-sisi yang lain harus ada pengekangan.
Jangan berkata, “Aku ingin bebas,” dengan maksud kebebasan yang tak terbatas. Sebab, dimana pun Anda berada dan kapan pun juga, kebebasan secara utuh tak pernah ada. Ketika sebuah bangsa dijajah, rakyatnya ingin bebas, ingin merdeka, tapi kebebasan yang dikehendaki adalah kebebasan dari belenggu penjajahan. Mereka tidak menghendaki kebebasan secara menyeluruh, karena mereka tahu, setelah merdeka dari tekanan penjajah, mereka akan dibatasi oleh hukum atau undang-undang baru yang diberlakukan oleh pemerintahan yang baru.
Boleh saja Anda mengatakan, “Aku ingin bebas,” tetapi kebebasan dalam sedikit hal, bukan kebebasan secara menyeluruh. Manusia memang punya hak untuk bebas (merdeka), tetapi bukan berarti dia boleh melakukan sesuatu semuanya. Ada batas, ada hukum, ada aturan, ada etika bagi manusia dalam menjalani kehidupan ini. Anda punya hak berbicara, tapi tidak asal bicara. Anda punya hak untuk melakukan sesuatu, tapi tidak boleh semena-mena.
Kebebasan yang berlebihan hanya akan membuat seseorang celaka, setidaknya menderita. Seperti halnya kebebasan melakukan hubungan seks, pada akhirnya menyebabkan munculnya penyakit AIDS, kebebasan mengkonsumsi minuman keras pada akhirnya menghancurkan moral dan spiritual pelakunya, kebebasan berjudi, kebebasan mengambil hak orang lain, pada akhirnya merusak keharmonisan rumah tangga, menimbulkan penjarahan, pertrungan fisik, pemerkosaan, dan lain-lain.
Keinginbebasan dalam ranah wajar diperbolehkan, tetapi kebebasan yang pada akhirnya dapat menghancurkan kehidupan diri sendiri dan orang lain sangat tidak dibenarkan, karena bagaimanapun juga, pada dasarnya manusia itu makhluk yang punya aturan, punya etika, dan punya undang-undang, baik tertulis maupun tidak sehingga manusia dapat dianggap sebagai pemimpin di muka bumi, bukan binatang yang asal mengikuti nafsu birahinya tanpa mau berpikir terlebih dahulu.
Jadi, jangan katakana, “Aku ingin bebas,” sementara yang dimaksud adalah kebebasan menyeluruh, tetapi katakana, “Aku ingin bebas,” dalam arti kebebasan yang sudah menjadi hak manusia seperti kebebasan memilih, menerima, berpikir dan menentukan nasib. Dan yang terpenting adalah bebas dari perbudakan dan bebas dari penjajahan.
Selamat Berkarya. Tetap Semangat!
Paulus Budi Winarto
Guru SMP Pendowo Ngablak-Magelang.
-
there are no comments yet