Article Detail

Sejenak Bijak: Kaya Hati

Kata “kaya” mengacu pada beberapa kondisi, yakni setiap orang yang kaya, tentu punya harta. Manusia sendiri banyak yang menilai bahwa harta yang banyak menunjukkan orang itu kaya. Karena memiliki banyak harta, maka disebut “kaya”. Sedangkan orang yang tak berharta atau tidak punya apa-apa disebut “miskin”. Lebih jauh lagi, istilah kaya, dapat dimaknai kaya hati. Orang bijak pernah berkata, “orang kaya itu bukanlah karena banyak harta bendanya, tetapi yang namanya kaya adalah kaya hati.” Hati yang merasa cukup dengan apa yang dimiliki, tidak tamak, nrima ing pandhum, adalah hati yang kaya, kaya akan segala hal.

Selain itu, badan yang sehat sudah merupakan kekayaan tersendiri. Kita tidak cacat jasmani atau mental, itu sudah berarti kaya. Kita punya teman banyak, berarti kaya teman. Punya pengetahuan banyak, punya akal banyak (dalam arti yang baik) dapat disebut kaya pengetahuan dan kaya akal. Dengan akal budi dan usaha/ikhtiar, maka kita dapat mencari harta. Kita punya anak banyak dan baik-baik, berarti kita kaya anak. Intinya, yang namanya kaya itu tidak hanya kaya harta benda saja, melainkan hati yang tenang, jiwa yang damai, badan yang sehat, amal yang baik, anak-anak yang baik, dan lain sebagainya, juga dapat dinilai sebagai kekayaan, bahkan melebihi harta benda yang melimpah, karena pada dasarnya yang namanya kaya adalah kaya hati, yakni ketenangan dan kedamaian hati.

Memang, seringkali manusia beranggapan bahwa kaya itu banyak harta atau banyak uang, bahkan sebagian besar mereka meyakini bahwa uang adalah segala-galanya, tapi kenyataan telah berbicara bahwa ternyata uang bukanlah segala-galanya, karena kebahagiaan tidak tergantung kepada banyaknya uang/harta, cinta tidak dapat dibeli dengan uang, anak yang berbakti tidak dapat ditukar dengan uang, ilmu yang bermanfaat tak dapat digadaikan dengan uang, bahkan moralitas yang luhur dan akhlak terpuji tak dapat dinilai dengan uang. Mengapa harus takut? Jangan bersedih tak punya uang, sebab uang bukanlah segala-galanya, harta benda tak menjanjikan kebahagiaan dan kedamaian hidup.

Di lain sisi, akibat dari mencari, mengejar, menimbun harta, seringkali orang lupa kepada perikemanusiaan, lupa kepada moral, etika yang diajarkan dalam hidup ini. “Harta” bukanlah segala-galanya, contohnya: Anda mempunyai harta banyak, tetapi kesehatan Anda selalu terganggu, maka Anda pun tak dapat menikmati kehidupan ini. Lain halnya dengan orang-orang yang tak berharta, tetapi dia sehat, maka sungguh dia dapat menikmati hidup ini dengan bahagia. Oleh sebab itu berbahagialah orang –orang yang menjalani hidup ini apa adanya, tidak terlalu menyibukkan diri dalam mencari harta, dan mereka akan menikmati hidup ini dengan hati yang tenang dan damai.

 

Paulus Budi Winarto

Guru SMP Pendowo Ngablak-Magelang

 

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment