Article Detail

Pendidikan Berkualitas Dimulai dari Pengelolaan Kelas yang Baik

Suatu sistem pendidikan dikatakan berkualitas jika proses pembelajarannya berlangsung secara menarik dan menantang sehingga peserta didik dapat belajar sebanyak mungkin melalui proses belajar yang berkelanjutan. Proses pendidikan yang berkualitas akan membuahkan hasil pendidikan yang berkualitas pula dan dengan demikian akan makin meningkatkan kualitas kehidupan.

Dalam pendidikan di sekolah, ada alur yang searah dan sebanding antara input pendidikan, proses pembelajaran, dan hasil belajar (output). Proses pembelajaran yang berkualitas adalah proses pembelajaran yang memberi perubahan atas input menuju output (hasil) yang lebih baik dari sebelumnya. Maka dari itu, pembenahan yang menyeluruh dan sistematis perlu dilakukan terhadap input, proses, termasuk di dalamnya system evaluasi pendidikan sehingga dapat menjamin terciptanya kualitas hasil yang tinggi dan merata.

Ketika penulis magang di salah satu sekolah negeri unggulan di kota Yogyakarta, penulis merasakan bahwa sekolah tersebut menciptakan kualitas dengan mengutamakan proses berkelanjutan dengan pengawasan kepala sekolah yang ketat. Kepala sekolah memantau proses pembelajaran, mengevaluasi guru yang mengajar setiap saat. Kalau tidak hadir ditanya, mengapa? Guru semua masuk masuk sekolah meskipun pada hari itu tidak ada jam mengajar. Maka tak mengherankan bila pembelajaran dimulai kepala sekolah keliling kelas, bila kelas terlalu rebut dan mengganggu kelas yang lain maka guru yang sedang mengajar diingatkan untuk mengelola kelas dengan baik. Disini penulis menyadari bahwa dalam menciptakan pendidikan yang berkualitas perlu pembelajaran yang menarik, menantang, tenang dan berkelanjutan. Tentunya dengan pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan manusia-manusia dengan sumber daya yang unggul yang dapat menguasai pengetahuan, keterampilan, dan keahlian sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan menjadi bermutu tidak bisa lepas dari guru sebagai ujung tombak dalam melaksanakan misi pendidikan di lapangan.

Guru sebagai pendidik di sekolah adalah profesi yang sangat istimewa dibandingkan dengan pekerjaan lain. Sebab guru mampu memberikan pengetahuan, motivasi, wawasan dalam menghadapi kemajuan zaman. Profesi pendidik memiliki misi, pengabdian, bahkan merupakan sebuah ibadah yang memiliki nilai lebih bila dibandingkan dengan jabatan atau profesi lainnya. Pendidik (guru) adalah sebuah jabatan professional yang memiliki visi, misi, dan aksi yang khusus sebagai pemeran utama dalam pengembangan manusia sebagai sumber daya.

 

Tiga Pendekatan Pendidikan

Menurut pakar pendidikan Dr Radno harsanto, M.Si, dalam “ Paradigma Baru Pembelajaran menuju Kompetensi Siswa” bahwa ada tiga pendekatan dalam mengembangkan kualitas pendidikan yaitu: pertama, pendekatan substansi pendidikan (Content Approach). Pendekatan ini menekankan peningkatan pendidikan ditentukan oleh terjadinya perubahan tingkah laku yang perlu dicapai oleh peserta didik. Pendekatan ini mengesampingkan pengajaran yang banyak menghapal, yang bersifat artificial atau memisahkan dari kehidupan lingkungan. Dan mengesampingkan pengajaran yang selalu didominasi oleh guru sehingga menjadikan pembelajaran kurang menarik dan membosankan. Dengan pendekatan substansi pendidikan (Content Approach) mau menekankan kemampuan membaca (menyerap informasi melalui bacaan dan ruang), menulis (menuangkan gagasan melalui tulisan atau lisan), mendengar dan menyimak (menyerap informasi melalui pengamatan dan pendengaran), serta mengenal permasalahan lingkungan agar dapat berlatih untuk memecahkannya. Informasi di masyarakat ditelaah (reviewed) dan dijelaskan dengan konsep ilmu pengetahuan bersama guru dalam diskusi kelas.

Kedua, pendekatan teknis kependidikan (technical Approach). Pendekatan ini menekankan kualitas pendidikan dilakukan melalui pendekatan belajar tuntas (Mastery learning). Pendekatan ini mensyaratkan para peserta didik untuk dapat belajar pada setiap tahapan hingga mencapai tahap penguasaan tinggi. Dalam artian bahwa sebelum menguasai suatu tahap belajar tertentu, mereka boleh mengikuti kegiatan belajar tahap berikutnya. Hal ini tentunya sudah ada di dalam pendidikan perguruan tinggi. Saat penulis masih kuliah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, penulis kurang memahami bahwa ada mata kuliah prasyarat atau dasar dan harus lulus. Ternyata kalau ada  mata kuliah prasyarat tidak lulus maka tidak diperkenankan  mengambil mata kuliah lanjutan atau berikutnya. Maka para mahasiswa memacu diri untuk lulus mata kuliah prasyarat agar bisa mengambil mata kuliah berikutnya.

Ketiga, pendekatan pengelolaan pendidikan (managerial Approach). Pendekatan ini menekankan kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui penguatan kemampuan setiap satuan lembaga pendidikan dalam menerapkan strategi khusus secara mandiri. Melalui manajemen berbasis sekolah (school Based Management), misalnya pemimpin sekolah diberikan tanggung jawab sepenuhnya untuk meneliti, mengkaji, dan memahami permasalahan mengenai alokasi dan pendayagunaan sumber daya pendidikan secara optimal (guru, tenaga kependidikan lainnya, sarana prasarana, lingkungan, dan sebagainya) yang dapat menghambat proses belajar mengajar. Setelah memahami permasalahannya, kepala sekolah diberi keleluasaan untuk memutuskan apa yang terbaik bagi sekolahnya yakni dalam usaha meningkatkan efisiensi dan kualitas pendidikan serta meningkatkan prestasi belajar. Sebaliknya para guru pun diberi kesempatan untuk meneliti, mengkaji, dan memahami permasalahan-permasalahan yang dapat menghambat prestasi belajar siswa dan mencari solusi yang konsisten terhadap permasalahan yang dihadapi.

Pada intinya menciptakan pendidikan yang berkualitas tergantung juga bagaimana proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru di dalam kelas maupun di luar kelas. Guru sebagai ujung tombak dalam menentukan maju mundurnya, berkualitas atau tidak berkualitasnya pendidikan. Maka dari itu guru harus menerapkan kurikulum berbasis kompetensi di kelas antara lain menciptakan kondisi kelas, menumbuhkan kerjasama antar siswa, merancang pembelajaran, merancang kegiatan siswa, serta merancang dan mengemas alat evaluasi agar menjadi alat yang mampu mendeteksi kemajuan siswa secara menyeluruh.

Paulus Budi Winarto, SPd

Guru SMP Pendowo Ngablak

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment