Article Detail

Pendidikan Anti Korupsi di Sekolah

Pendidikan anti korupsi adalah pendidikan yang menyangkut sikap manusia terhadap nilai kejujuran dan keadilan. Sebagai bagian dari pendidikan nilai atau karakter yang khusus menangani persoalan kejujuran dan keadilan dalam pendidikan, maka pendekatannya juga harus sesuai dengan pendekatan penanaman nilai karakter.

Strategi pendidikan karakter yang banyak dikembangkan akhir-akhir ini adalah pendidikan secara holistik. Artinya, semua pihak dalam keluarga pendidikan diikutsertakan. Ini berarti guru, karyawan, kepala sekolah, orang tua, di samping siswa dilibatkan dalam pendidikan anti korupsi itu.

Dengan demikian semua warga pendidikan ikut terlibat, tidak ada yang dibebaskan dari tanggung jawab tersebut.  Selain itu, pendidikan anti korupsi juga disampaikan atau dilakukan lewat semua mata pelajaran, semua kegiatan di sekolah, situasi sekolah, peraturan sekolah, lewat kegiatan ekstrakurikuler, maupun pelatihan di luar sekolah. Setiap guru lewat mata pelajarannya masing-masing juga menanamkan nilai anti korupsi. Dengan kata lain pendidikan anti korupsi tidak hanya diajarkan tetapi juga dilakukan dengan pelatihan dan pengalaman yang harus dialami siswa berkaitan dengan nilai anti korupsi.

Dari banyak pendekatan itu, pendekatan yang relatif cocok untuk pendidikan karakter umumnya atau pendidikan anti korupsi, adalah melalui dua langkah berikut: (1) pengalaman, dan (2) refleksi.

Pendidikan anti korupsi hanya mungkin mendalam bila siswa dihadapkan pada pengalaman nyata yang mangandung nilai anti korupsi. Kemudian berdasarkan pengalaman itu, siswa diajak refleksi apa makna dari pengalaman itu. Dalam refleksi siswa juga diajak untuk semakin menyadari akibat buruk dan kerugian bagi orang lain dan bagi si pelaku korupsi sendiri. Pengalaman itu sangat penting karena hanya lewat pengalaman siswa sungguh dekat dengan nilai itu dan sungguh dapat tergerak hatinya dengan pengalaman itu. Tanpa pengalaman, pendidikan anti korupsi hanya akan berwujud teori, dan tidak akan mengena.

Persoalan berikut adalah mencari atau mempersiapkan pengalaman apa saja yang dapat digunakan untuk menggugah hati dan pikiran siswa akan persoalan korupsi, sehingga terbentuk sikap anti korupsi dalam dirinya. Pengalaman semacam itu perlu mempunyai beberapa ciri antara lain:

1)      Pengalaman itu berkaitan dengan nilai anti korupsi yang mau ditekankan.

2)       Pengalaman itu menarik siswa dan dapat mengejutkan siswa.

3)      Pengalaman itu sebaiknya yang sungguh mendalam dan mengena pada siswa.

4)      Pengalaman itu dapat di dalam sekolah maupun di luar sekolah.

5)      Pengalaman itu memuat segi kognitif, afektif, dan psikomotorik.

6)      Pengalaman disesuaikan dengan situasi dan kemampuan siswa.

Beberapa pengalaman yang dapat digunakan

Beberapa pengalaman yang dapat disediakan pada siswa dalam meningkatkan nilai anti korupsi baik di sekolah maupun di luar sekolah antara lain:

1)      Pengalaman di sekolah

  1. Toko kejujuran di sekolah. sekolah menyediakan toko, dimana siswa melayani sendiri, mengambil barang dan membayar sendiri. Ini untuk melatih kejujuran siswa. Bila barang habis tetapi uang tidak lengkap, siswa diajak refleksi apa akibatnya bila terus demikian? Sispa yang dirugikan?
  2. Peminjaman buku di perpustakaan dan barang di loket selfservice. Siswa dilatih jujur dalam peminjaman buku dan barang.
  3. Ujian atau ulangan tidak usah ditunggui. Soal tes atau ulangan dibuat bukan hafalan, tetapi lebih berpikir kreatif dan nalar, sehingga tidak perlu menyontek. Pelan-pelan siswa dilatih untuk jujur dalam ulangan.
  4. Proyek yang ada uangnya dan siswa harus melaporkan apa yang dilakukan dengan jujur.
  5. Gerakan tidak menyontek di sekolah.  Pelatihan menulis dengan jujur, referensi benar, dan tidak berbuat plagiat.
  6. Point kejujuran. Siswa yang menemukan barang dan mengembalikan barang itu ke sekretariat diberikan point kejujuran. Siswa yang memperoleh point kejujuran tinggi, pada akhir semester mendapatkan hadiah.
  7. Siswa bermain simulasi dan peran bagaimana koruptor main korupsi. Dari simulasi itu siswa dapat mengerti bagaimana dan mengapa orang melakukan korupsi. Setelah simulasi siswa juga diajak mendiskusikan siapa saja yang dirugikan dengan tindakan korupsi.

 

2)      Pengalaman di luar sekolah

  1. Siswa diajak melihat beberapa pemukiman miskin yang uang pembangunannya dikorupsi oleh para pejabat setempat.
  2. Siswa melihat tayangan-tayangan kerusakan daerah, pendidikan, lingkungan, manusia karena korupsi yang merajalela.
  3. Setelah itu siswa diajak diskusi dan refleksi mengapa itu terjadi, dan bagaimana akibatnya yang merusak hidup orang banyak. Siswa lalu diajak refleksi, apa yang ingin dilakukan untuk menghadapi korupsi di masyarakat.
  4. Pelatihan kerjasama yang menggunakan kejujuran dan keterbukaan di luar sekolah seperti outbound, proyek bersama, dimana setiap siswa berlatih jujur, adil, dan tidak korupsi.

Keteladanan guru dan karyawan

Unsur penting dalam pendidikan nilai adalah soal keteladanan dari pendidik. Demikian juga dengan pendidikan anti korupsi. Siswa akan terbantu bila melihat dan mengalami bahwa para pendidiknya juga anti korupsi. Misalnya, para guru selalu datang tepat waktu, tidak korupsi waktu, tidak korupsi kertas, atau fasilitas sekolah.  Guru berani minta maaf pada siswa bila melakukan kesalahan dalam koreksi atau mengajar. Guru tidak melakukan les bagi siswanya dan menggunakan bahan les untuk ulangan, sehingga siswa yang tidak ikut les tidak lulus. Guru atau karyawan tidak menerima suap dari siswa atau orang tua siswa demi nilai dan sebagainya. Guru atau karyawan kalau membeli barang untuk sekolah tidak menerima upeti atau uang pelican dari toko, tidak mengubah nota kuitansi pembelian barang.

Suasana Sekolah

Suasana sekolah sangat berpengaruh dalam pendidikan anti korupsi. Beberapa hal perlu dilakukan sekolah agar suasananya membantu gerakan anti korupsi yang ingin ditegakkan. Hal-hal itu antara lain:

1)      Peraturan sekolah yang adil, jujur, dan anti korupsi.

2)      Sanksi pada yang korupsi untuk semua warga baik siswa, guru, kepala sekolah, dan karyawan.

3)      Pekerjaan siswa yang tidak jujur tidak dinilai. Siswa yang mencontek 3 kali, dikeluarkan dari sekolah.

4)      Dalam penerimaan siswa baru tidak main uang, tetapi diseleksi secara jujur.

5)      Sekolah kalau menarik dana dari siswa harus terbuka untuk apa dan sungguh digunakan sesuai dengan tujuannya.

6)      Suasana kejujuran dan keadilan di seluruh sekolah dikembangkan.

7)      Beberapa ilustrasi anti korupsi, kejujuran, keadilan, keterbukaan dipasang di beberapa tempat, sehingga selalu mengingatkan warga sekolah.

8)      Suasana keterbukaan antara siswa, guru, kepala sekolah dikembangkan.

 

Tentu setiap sekolah harus menentukan sendiri pengalaman mana yang mau diberikan pada siswa dalam melatih semangat anti korupsi dan juga bagaimana semua guru dilibatkan. Yang kiranya tidak boleh dilupakan adalah kerjasama dari semua warga sekolah, sehingga program pendidikan anti korupsi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik.

P. Budi Winarto

Guru SMP Pendowo Ngablak                 

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment