Article Detail

Pembelajaran yang Reflektif

Praktik pembelajaran yang reflektif memang mempunyai makna yang majemuk (Adler, dalam Ross, Ed. 1994:ed52-55) masing-masing berbicara tentang hal-hal yang berbeda, dengan tujuan yang berbeda, dan memakai sumber yang berbeda. Adler melihat ada tiga perspektif mengenai refleksi, yakni:

  1. Inkuiri reflektif, yang difokuskan kepada pilihan guru dalam strategi mengajar, konten/materi pembelajaran, dan tujuan. Berdasarkan penjabaran ini kemudian Cruikshank (1987), dalam Adler, 1994) mengembangkan model pembelajaran reflektif. Dengan tujuan melatih para guru dan calon guru untuk berefleksi, ia mengembangkan model “Content Free Lesson” dan meminta kepada mereka asesmen mengenai efektif atau tidak efektifnya model tersebut. Cruikshank juga meminta para peserta untuk merefleksi hasil/produk dan tujuan pembelajaran demikian, apakah tercapai atau tidak. Berdasarkan pengalaman ini, ia mengambil kesimpulan, bahwa pembelajaran reflektif adalah kesempatan untuk mengaplikasikan teori dan prinsip mengajar dan belajar yang dikembangkan melalui inkuiri ilmiah dalam situasi nyata.
  2. Schon (1987, dalam Adler, 1994) memilih refleksi dalam tindakan. Ia melihat, bahwa para praktisi di lapangan (kelas/sekolah) yang besikap reflektif, dapat melakukan kegiatan mengajar sambil berpikir. Sehingga, dengan demikian ia segera dapat merespon situasi-situasi yang kurang meyakinkan, yang unik, bahkan situasi konflik. Maka menurut konstruk Schon refleksi adalah “knowledge in action” atau tindakan keilmuan, “tacit knowledge” atau ilmu yang tidak diungkapkan (spontaneous, unable to make it verbally) dan “reflection in action” atau refleksi dalam tindakan.
  3. Zeichner dan Liston (1987) dalam Adler, 1994) memahami tiga tahap refleksi, yaitu tahap teknis dimana guru mengaplikasikan ilmunya untuk mencapai tujuan pembelajaran, tahap kedua guru perlu merefleksi mengenai pilihan-pilihan yang ia lakukan waktu mengajar. Apakah lembaga mendorong atau menghambat terhadap pilihan guru ini? Bagaimana hidden curriculum-nya atau apakah sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku di sekolah? Jadi refleksi di sini tidak hanya sepanjang pembelajaran berlangsung, melainkan lebih dari itu.

Sumber : Rochiati Wiriatmaja. 2009. Metode Penelitian Tindakan Kelas.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

Paulus Budi Winarto

SMP Pendowo Ngablak

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment