Article Detail

PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN

Kewirausahaan atau entrepreneurship sebaiknya mulai diajarkan di rumah maupun di sekolah, mulai dari TK sampai SMA/SMK, bahkan Perguruan Tinggi. Sudah waktunya untuk mengubah paradigma, bukan mendorong anak mencari pekerjaan, tetapi membimbing anak untuk bisa menjadi wiraswastawan/ entrepreneur yang menciptakan pekerjaan. Itu berarti anak harus pintar mencari peluang, menciptakan sesuatu yang baru, dan berani memulai usaha dengan segala risikonya. Pentingnya pendidikan kewirausahaan juga terkait dengan masa depan bangsa, karena kekayaan alam Indonesia makin lama makin terkuras. Indonesia perlu orang-orang yang kreatif mencari terobosan-terobosan agar tidak hanya mengandalkan kekayaan alam.

 

Pendidikan di Abad 21

Abad 21 ditandai dengan perubahan yang sangat cepat. Dr. Williard Dagget dari International Center for leadership & Education mengatakan, dunia yang dihuni anak-anak kita berubah empat kali lebih cepat dari pada sekolah-sekolah kita. Roland Barth mengatakan, 50 tahun lalu kalau orang lulus perguruan tinggi, orang itu sudah memiliki bekal 75% untuk berhasil. Tetapi sekarang, selembar ijasah hanya member bekal 2% untuk sukses, 98% lagi masih harus dicari.

Bila perubahan terjadi begitu cepat, mata pelajaran apa yang paling penting? Bila anak mengahafal sesuatu yang tidak penting dan terlalu banyak menghafal maka kemampuannya untuk berpikir kreatif akan berkurang. Maka lebih penting sekolah memberi porsi lebih pada anak untuk berefleksi dan melakukan problem solving, sebab teknologi telah banyak membantu kita dalam menghafal.

Abad 21 adalah abad global yang ditandai dengan pergaulan dan komunikasi lintas daerah, Negara, dan benua. Maka, pekerjaan apa yang masih bisa dilakukan seorang sarjana yang tidak bisa berbahasa Inggris pada tahun 2020? Abad 21 adalah abad untuk manusia holistiK. Sebagian kecil pekerjaan saja yang menuntut kecakapan akademis yang tinggi untuk berhasil. Sebagian besar pekerjaan menuntut kecakapan ‘non akademis’ yang tinggi untuk berhasil.

Hasil survey NACE’s Job Outlook  menunjukkan bahwa tenaga kerja yang dibutuhkan adalah (1) terampil berkomunikasi secara lisan maupun tertulis; (2) honesty/berintegrasi; (3) bisa bekerjasama; (4) beretika kerja; (5) terampil menganalisis; (6) fleksibel/mudah beradaptasi; (7) memiliki keterampilan interpersonal (bisa membangun hubungan baik dengan orang lain); (8) terampil mengoperasikan Komputer; dan (10) mendetail.

Keterampilan berkomunikasi sangat penting. Tak seorang pun bisa menjadi pengusaha/wirausaha tanpa keterampilan berkomunikasi. Maka, komunikasi harus menjadi bagian dari program pembelajaran. Perusahaan-perusahaan internasional pun mencari sarjana-sarjana yang holistiK, bukan sekedar akademik. Tuntutan itu dapat dilihat dalam iklan mencari tenaga kerja, antara lain, memiliki kepemimpinan, pengalaman berorganisasi dan lancar berbahasa Inggris. Lalu apa yang kiranya menjadi bekal untuk anak-anak agar mereka berhasil? Apa yang bisa sekolah lakukan untuk membantunya?

 

Multi Tasking, Kreatif, dan Wirausaha

Hasil belajar seseorang yang utama adalah belajar bagaimana ia belajar, sehingga menjadi pembelajar seumur hidup. Akan sangat sulit kalau anak tidak bisa belajar setelah tamat sekolah. Maka, anak-anak harus mempunyai pengalaman belajar yang menyenangkan agar senang belajar. Bila tidak, anak menganggap belajar adalah penderitaan. Itu berarti sekolah menambah seorang penganggur lagi. Kecakapan yang dapat memampukan seseorang untuk melakukan berbagai pekerjaan adalah entrepreunership atau kewirausahaan. Sebab kewirausahaan itu pekerjaannya bermacam-macam.

John Howkins memperkenalkan istilah ‘Creative Economy’, yaitu kombinasi antara kretivitas dan entrepreunership. Kemampuan mengombinasikan kreativitas dan entrepreunership merupakan leading factor di bidang ekonomi. Anak kreatif akan muncul bila dididik dengan pujian, bukan dengan kritikan.

Menurut Nicholas Negroponte, pada tahun 2020 kebanyakan atasan di Negara maju adalah diri sendiri. Itu berarti, pada tahun 2020 lapangan pekerjaan terbesar adalah menjadi entrepreuner atau wirausaha. Entrepreuner sejati mampu mengubah rongsokan menjadi emas, mengubah yang tidak berharga menjadi sangat berharga. Ada 4 macam entrepreneur, yakni business entrepreneur, govermment entrepreneur, academic entrepreneur, dan social entrepreneur.

Mengajarkan entrepreunership di sekolah berarti mengajarkan kecakapan dan keberanian memulai usaha dengan mengubah yang tidak berharga menjadi sangat berharga. Hal ini memerlukan perubahan cara pandang (mind set), kecakapan hidup (life skill) dan karakter. Selain itu, juga menuntut adanya kecakapan mencari peluang, berinovasi, dan berani mengambil risiko. Bila tiga kecakapan itu digabung dengan kemampuan bekerja keras hasilnya akan sangat luar biasa. Dan, mengajarkan entrepreneurship di sekplahtidak berarti harus ada mata pelajaran entrepreneurship, tetapi mengintegrasikannya dalam setiap pelajaran yang ada.

 
Paulus Budi Winarto
Guru SMP Pendowo Ngablak-Magelang

 

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment