Article Detail
Model Pembelajaran Ramah Guru dan Ramah Anak
Didiklah anak dengan cinta. Itulah kata yang tepat untuk mendidik anak saat ini. Kekerasan bukan jalan yang terbaik untuk mendidik anak, apapun alasannya. Kekerasan yang ditampilkan seorang guru hanya akan menyebabkan rasa takut yang mendalam bagi anak. Belajar dengan rasa takut tidak akan memperoleh hasil yang maksimal.
Perkataan kasar dan pemberian hukuman adalah hal yang tidak diingini semua anak walaupun menurut orang tua atau guru demi kebaikan anak. Anak merasakan bahwa kemarahan itu menjadi bukti ketidaksenangan orang tua kepadanya. Oleh karena itu, satu kunci paling ampuh dalam mendidik anak adalah dengan berlaku lemah lembut penuh cinta kasih walau dalam keadaan marah sekalipun.
Berbuat lembut kepada anak, bukan berarti harus menuruti semua kemauan anak. Seorang guru terlebih dahulu harus memahami karakter anak. Perbedaan di setiap anak tidak bisa disamaratakan dalam proses pembinaannya. Ada anak yang cepat menangkap pelajaran, ada pula yang lambat. Ada anak yang tenang di dalam kelas, ada pula yang selalu membuat ulah karena ingin mendapat perhatian. Hal semacam itu harus dipelajari dan diketahui oleh seorang guru.
Seorang guru tidak bisa hanya mengikuti kemauan sendiri. Apa yang diinginkan harus selalu bisa dituruti oleh siswa. Sementara, setiap siswa mempunyai karakter yang berbeda-beda. Pada saat karakter anak tidak sesuai dengan kemauan guru, anak dianggap menentang. Jika hal itu yang terjadi maka tidak aka nada penyelesaian yang sehat, justru antara guru dengan siswa hanya akan selalu bersinggungan.
Dalam model pembelajaran ramah guru dan ramah anak, guru lebih bersifat demokratis. Guru banyak mengenal karakter anak sebelum memutuskan langkah apa yang seharusnya dilakukan terhadap anak yang dihadapi. Guru tidak boleh memaksakan kehendak kepada siswa agar selalu mengikutinya. Bukan berarti anak dibiarkan liar. Pendekatan guru lebih banyak menata perasaan yang masih labil.
Dengan model pembelajaran ramah guru dan ramah anak, ada kondisi yang sehat, yang terjalin antara guru dengan siswa. Segala persoalan yang menyangkut siswa, diselesaikan dengan kepala dingin, tidak harus dengan mengeluarkan suara yang menyakiti, tidak harus dengan tindakan yang kasar karena hal itu akan mengakibatkan anak dendam.
Perlu diketahui bahwa semua anak mempunyai harga diri sebagaimana orang dewasa. Mereka tidak ingin harga dirinya diinjak-injak walaupun oleh orang tuanya sendiri atau oleh gurunya. Mereka tetap ingin menjaga harga dirinya walaupun harus dengan cara melawan. Inilah hakikat manusia yang tidak hanya berlaku pada orang dewasa saja, tetapi juga buat anak-anak.
Model pembelajaran ramah guru dan ramah anak lebih banyak memberikan prasangka baik kepada anak, artinya segala tingkah laku anak dianggap mempunyai tujuan yang baik, hanya saja terkadang langkahnya yang salah sehingga pendekatan yang dilakukan guru adalah pendekatan yang halus. Pendekatan guru harus mampu mengubah sikap dengan penuh makna.
Guru menyadari tentang potensi anak yang baik dan perlu dikembangkan. Potensi itu bisa berkembang jika diberikan kepercayaan. Perlu diketahui bahwa kepercayaan merupakan salah satu bentuk pengakuan dari satu pihak ke pihak lain. Secara alamiah seseorang yang dipercaya akan berusaha menjaga kepercayaan tersebut dengan sungguh-sungguh.
Dalam pendekatan pembelajaran ramah guru dan ramah anak, yang muncul adalah pendekatan motivasi dan bukan pemaksaan kehendak guru. Seorang guru ketika mengharapkan anak didiknya menjadi lebih baik maka dilakukan dengan menggali potensi yang ada pada diri anak dengan menunjukkan kemampuan yang dimilikinya. Dengan demikian, untuk membangun kondisi yang kondusif dalam proses pembelajaran, pendekatan ramah guru dan ramah anak perlu dikembangkan.
Sumber Bacaan:
Sulhan, najib. 2010.Pembangunan Karakter pada Anak. Surabaya. Penerbit SIC
Paulus Budi Winarto
Guru SMP Pendowo Ngablak-Magelang
-
there are no comments yet