Article Detail

Merenung Sejenak: Menjadi Pemimpin yang Rendah hati

Dalam sebuah wawancara di sebuah radio yang bertema Pilkada serenta tahun 2015, dikatakan bahwa Indonesia membutuhkan pemimpin yang “jujur, mampu dan berani”. Gabungan dari ketiganya harus selalu ada dan beriringan, meskipun keadaan tertentu membuat satu dari antara tiga hal itu lebih dominan. Kalau hanya baik dan pintar, tetapi tidak berani, pemimpin itu tidak berguna. Jika hanya berani, tetapi tidak pintar dan tidak baik, sama saja.

Yesus tampil sebagai pribadi yang punya hikmat Ilahi. Orang sekampung tidak bisa menerima ini. Keangkuhan sering membuat manusia merasa lebih bijak dari Tuhan. Akibatnya, bantuan dari Tuhan ditolak. Mengaku salah pun tidak pernah dilakukan.

Sikap Yesus memperlihatkan bahwa jika dalam diri pemimpin ada sebuah hikmat sejati, pemimpin itu akan menjadi rendah hati.

 

Paulus Budi Winarto

Guru SMP Pendowo Ngablak-Magelang

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment