Article Detail

Merenung Sejenak : Mencipta Damai

Sepuluh rasul menyaksikan Yesus yang telah bangkit. Yang belum melihat-Nya hanyalah Thomas yang disebut Didimus. “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku menaruh jariku ke dalam bekas paku itu dan menaruh tanganku ke lambung-Nya, sekali-sekali aku tidak akan percaya,” kata Thomas. Thomas akan menggerakkan bukan mata saja melainkan jari maupun tangan. Ia akan memeriksa Yesus secara fisik bagaikan polisi yang menangkap orang yang dicurigai.

Lalu, apa yang terjadi? Delapan hari sesudah penampakan yang pertama, Yesus muncul lagi di tengah-tengah  para rasul. Ia melewati pintu yang terkunci, berjalan beberapa langkah, berdiri di tengah-tengah mereka, lalu berkata, “Damai sejahtera bagi kamu!” Kejutan! Yesus yang berhak marah besar karena semua murid-Nya sangat mengecewakan-Nya, menyapa mereka dengan penuh cinta. Cinta sejati memang sama dengan damai. Keluarga yang rebut terus adalah keluarga tanpa cinta. Tak ada pengampunan di dalamnya. Lain halnya dalam keluarga ciptaan Yesus... Ia sama sekali tidak menyinggung masa lampau. Ia sengaja lupa apa yang terjadi beberapa hari yang lalu. Ia membuka lembaran baru. Sebab, Ia tahu bahwa manusia akan lemah dan berdosa hingga akhir hayatnya. Tetapi, ia lebih-lebih tahu juga bahwa manusia akan lebih berdosa kalau tidak diampuni, kalau dosa-dosanya terus disebut. Pribadi yang berbelas kasih adalah pribadi yang menciptakan damai.

Paulus Budi Winarto

Guru SMP Pendowo Ngablak-Magelang

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment