Article Detail

Menjadi Guru Yang Berkompetensi

Seorang guru idealnya harus dipersiapkan jauh sebelum menjabat sebagai guru. Ia harus dibekali materi yang cukup, sebelum mengajar. Penguasaan materi sangat diperlukan dalam proses mengajar. Tidak boleh guru ragu-ragu  terhadap materi yang diajarkan. Penguasaan materi yang utama diperoleh dari pendidikan sebelum menjadi guru. Mereka ini digembleng di fakultas keguruana atau di lembaga pendidikan dan keguruan. Tidak berlebihan jika seorang guru, dewasa ini minimal menyelesaikan pendidikan setara S1. Jika S1-nya ilmu murni dilengkapi dengan akta IV, yang membekali guru dalam bidang didaktik metodik, psikologi, dan pendidikan pada umumnya. Pendidikan S1 ini pun harus diperkaya dengan banyak membaca, bertukar pikiran dengan guru sejenis, dan syukur kalau bisa menambah pengetahuan lewat situs di internet.

Persiapan Materi dan Batin

Seorang guru  sebelum mengajar di kelas harus siap “lahir batin”. Apa maksudnya? Guru harus tanpa ragu-ragu, tanpa ada kekurang pastian terhadap materi yang akan diajarkan waktu itu. Ia masuk ke dalam kelas harus dengan pasti dan percaya diri, bahwa ia akan mengajarkan sesuatu yang telah siap di dalam pikirannya.

Persiapan ini bisa ditulis dalam agenda guru. Yang pasti secara tertulis, setidak-tidaknya guru harus mempunyai rencana satu tahunan, dipersempit menjadi rencana satu semesteran, dipersempit menjadi rencana bulanan, akhirnya dipersempit menjadi rencana mingguan. Andaikan dalam satu semester (misalnya gasal), terdiri dari 15 minggu, guru harus mempunyai persiapan secara tertulis. Minggu pertama saya akan mengajarkan materi A misalnya, minggu kedua akan mengajarkan materi B, ketiga C, dan seterusnya sampai minggu ke-15.

Selambat-lambatnya malam sebelum pagi mengajar, guru harus membuka persiapan tertulis. Esok pagi itu minggu yang keberapa ya, materi apa ya yang akan saya ajarkan. Bagaimana ya, cara saya mengajarkan materi itu, metode apa ya yang saya pakai untuk mengajarkan materi itu, dan sebagainya.

Mengadakan Evaluasi

Langkah yang wajib dilakukan oleh setiap guru adalah mengevaluasi peserta didiknya. Evaluasi bisa dilakukan secara tulis, lisan ataupun bentuk tugas. Evaluasi semata-mata bukan hanya untuk menilai para siswa, tetapi juga bisa dipakai sebagai umpan balik bagi pengajar apakah materi yang diberikan dapat diserap oleh peserta didik dengan optimal. Memang pada tengah semester atau akhir semester seorang guru harus menyerahkan nilai peserta didik untuk ditulis dalam rapor.

Pelaksanaan evaluasi harus direncanakan jauh sebelumnya. Guru yang baik, kali pertama masuk ke kelas, sebelum mengajar, harus memberi tahukan kepada peserta didik materi yang akan diajarkan selama satu semester. Bulan ini minggu pertama materinya ini, minggu kedua ini, minggu ketiga ini. Demikian juga bulan kedua, ketiga, dan seterusnya. Demikian juga evaluasi diadakan pada bulan yang sudah ditentukan, dan pada minggu yang sudah ditentukan juga. Dan harus diberitahukan kepada peserta didik, evaluasi yang diadakan itu untuk kognitif atau untuk psikomotorik. Dengan demikian materi yang akan diajarkan dalam semester tertentu beserta evaluasinya telah diketahui oleh peserta didik pada awal semester.

Jangan Terlalu Lama Memberitahukan Hasil Evaluasi

Satu hal pekerjaan yang sangat penting dan menghabiskan waktu adalah koreksi berkas pekerjaan siswa. Setiap guru, pada umumnya, di sekolah merangkap sebagai tenaga pengajar dan pengoreksi. Selain memberikan pelajaran, ia harus membuat soal evaluasi, mengujinya dan memberikan nilai. Maka akibatnya bisa saja hasil evaluasi cukup lama atau tidak dapat dipastikan kapan bisa diumumkan kepada peserta didik. Inilah ketidaksempurnaan yang dilakukan oleh guru pada umumnya apalagi beban mengajarnya sampai lebih dari tujuh kelas.

Dapatkah manajemen sekolah  diadakan perubahan? Maksudnya? Dibentuk semacam biro yang tugasnya mengevaluasi pendidikan dan pengajaran di sekolah. Guru mengajarkan materi pelajaran berdasarkan kurikulum yang berlaku. Soal-soal evaluasi yang berdasarkan materi kurikulum dibuat oleh biro evaluasi termasuk pemberian nilai. Dengan sendirinya biro evaluasi harus independen, objektif, adil, dan harus jujur.

Hasil evaluasi harus diberitahukan kepada pengajar. Peserta didik tidak harus mengetahui hasil evaluasi. Mengapa? Jika hasil evaluasi memadai, sebaiknya diberitahukan kepada peserta didik, untuk memberi efek penyemangat. Jika evaluasi kurang memadai, lebih baik siswa jangan tahu. Pendidik memberitahukan saja kepada peserta didik, materi yang telah dievaluasikan harus dijelaskan kembali, mengingat hasil evaluasinya tidak sesuai dengan harapan. Nilai satu persatu dari siswa, lebih baik tidak diberitahukan lebih dahulu. Lebih-lebih jika nilai rapor, nantinya tidak sesuai dengan nilai hasil ulangan/evaluasi (dikatrol).

Penulisan nilai rapor yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai yang diperoleh peserta didik waktu evaluasi, akan membuat preseden tidak baik, jika peserta didik mengetahuinya. Peserta didik akan berpikir, toh nanti nilainya akan “dinaikkan”.

Sikap Guru Dalam kelas

Sikap guru dalam kelas sangat menentukan berhasil tidaknya proses belajar mengajar. Guru yang baik akan mengusahakan kelas tetap hidup. Guru harus berusaha menghilangkan rasa jenuh pada peserta didik. Guru harus senantiasa mencari cara, bagaimana supaya para siswa tetap segar, tidak jenuh, tidak mengantuk dalam menerima materi pelajaran dari guru. Guru harus senantiasa mencari dan menggunakan alat peraga yang mempermudah memasukkan materi pelajaran kepada peserta didik.

Guru jangan bertindak sebagai orang yang otoriter dan jangan menganggap paling tahu dan paling benar. Guru harus dapat menarik minat peserta didik. Jangan mengeluarkan kata-kata yang kasar yang dapat mematahkan semangat peserta didik. Jangan terlalu pelit memberikan pujian kepada peserta didik. Pada prinsipnya manusia lebih senang jika mendapat pujian, dengan pujian mereka akan lebih simpati kepada kita.

Satu hal yang tidak boleh ditinggalkan guru harus bersikap tanggap jika berada di dalam kelas. Apa maksudnya? Waktu mengajar guru harus tahu bagaimana kira-kira perasaan peserta didik. Sudah bisa diterimakah materi yang saya berikan? Bagaimana perhatian peserta didik pada materi ini? Yang manakah sesuatu yang sulit, yang kurang dimengerti oleh peserta didik? Kelihatannya merasa jenuhkan anak didik saya? Apakah yang saya katakan didengarkan dengan baik oleh peserta didik? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini harus senantiasa timbul dalam diri pengajar di muka kelas. Guru harus yakin semuanya positif, jika guru merasa ada yang masih negatif harus segera tanggap dan membenahinya.

Tujukkan Sikap Disiplin

Seorang guru harus menunjukkan sikap disiplin dalam segala hal. Siswa harus mempunyai kesan bahwa gurunya mempunyai kedisiplinan yang cukup tinggi. Guru harus tepat waktu, sebelum pelajaran dimulai, guru harus sudah berada di dalam kelas. Meninggalkan pelajaran setelah ada bel berbunyi. Guru harus tepat melaksanakan jadwal yang telah ditentukan. Tanamkan kedisiplinan kepada peserta didik dimulai dari hal-hal yang kecil, misalnya mulai dari pakaian, ketepatan membagi hasil ulangan. Berikan perhatian kepada siswa yang kurang disiplin, tanpa dengan rasa emosi, ajaklah mereka berbicara, katakan kepada mereka misalnya, “kau akan lebih tampan jika bajumu kau masukkan”, dan lain-lain.

P. Budi Winarto
Guru SMP Pendowo Ngablak-Magelang

 

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment