Article Detail

Mendongeng Sebagai Sarana Pembentukan Karakter

Pada masa lalu, terutama mereka yang hidup di pedesaan pasti pernah menerima dongeng dari orang tua atau kakek/nenek. Biasanya dongeng diceritakan menjelang tidur di malam hari, yang kemudian dikenal dengan istilah “Dongen Sebelum Tidur”

Yang didongengkan umumnya berupa sejarah, legenda atau cerita rakyat, dunia binatang, kisah-kisah yang menceritakan kebajikan/kepahlawanan seorang tokoh, dan sebagainya. Isi dongeng mengandung pesan pendidikan yang syarat dengan nilai-nilai kehidupan. Disadari atau tidak dongeng memotivasi anak-anak untuk berperilaku dan berkepribadian baik.

Tujuan utama mendongeng adalah agar anak terhibur dan terbuai sehingga bisa tidur lelap. Selain itu, membiasakan sang anak untuk tidak tidur terlalu cepat. Hal ini sesuai tradisi para leluhur (khusunya Jawa) agar anak “ojo turu sore-sore” (tidak tidur terlalu awal). Tujuannya melatih anak agar kuat menjalani tirakat, menahan kantuk untuk tujuan tertentu misalnya meditasi dan berdoa di tengah malam.

Kebiasaan mendongeng berlangsung secara turun –temurun dan berabad-abad. Namun dengan perkembangan teknologi komunikasi yang pesat di mana radio dan televisi merambah ke semua lini kehidupan masyarakat, termasuk di pedesaan, maka tradisi mendongeng sedikit demi sedikit mulai terabaikan. Awalnya anak-anak senang mendengarkan cerita-cerita/sandiwara lewat radio (seperti Brahma Kumbara, Mahesa jenar, dsb). Kemudian dengan masuknya listri ke desa , anak-anak di pedesaan lebih senang menyaksikan film, sinetron (Angkilng Dharma, keris Epu gandring,Jaka Tarub, Misteri Gunung Merapi, dsb).

Langkanya orang tua mendongeng untuk anak-anaknya saat ini juga dikarenakan mereka sibuk dengan kegiatan mereka sendiri. Terlebih-lebih apabila kedua orang tua itu bekerja. Di era globalisasi ini, kemajuan teknologi komunikasi yang pesat telah menyebabkan tak terbendungnya arus informasi yang membanjiri masyarakt. Melalui radio, televisi, dan internet, masyarakat bisa memperoleh berbagai informasi dari berbagai Negara di dunia ini.

Sementaraitu, masyarakat kita belum siap menrima kiriman informasi global. Banyak diantara mereka yang belum bisa memilah-milah mana informasi yang baik dan yang buruk, layak dan tidak layak. Melalui tayangan televisi dan lewat internet, tidak sedikit anak-anak yang teracuni otaknya. Mereka menganggap semua gambar yang ditayangkan sebagai kemajuan yang wajib ditonton. Padahal, banyak film, sinetron, dan jenis hiburan lain yang ditayangkan di televisi dan internet belum layak ditonton oleh anak-anak. Belum lagi, banyak beredar CD porno di pasaran dengan harga relatif murah, sementara melalui internet, masyarakat bisa menyaksikan film-film panas yang seronok.

Berdasarkan kenyataan di atas, maka mendongeng yang merupakan warisan orang tua itu sebenarnya masih relevan untuk diwarisi oleh para orang tua zaman sekarang, sebagai upaya membantu membekali anak-anaknya untuk berbuat baik dan sebagai sarana pembentukan karakter. Namun, bentuk, cara dan isinya berbeda. Bentuk, cara dan isinya perlu disesuaikan dengan situasi anak-anak zaman sekarang. Semoga.

Paulus Budi Winarto
Guru SMP Pendowo Ngablak-Magelang

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment