Article Detail

Lingkungan Sekitar Sebagai Sumber Belajar

Istilah CTL (Contextual Teaching and Learing) merupakan konsep belajar yang mengaitkan materi pelajaran dengan kondisi nyata. Istilah ini pertama kali dikemukakan oleh John Dewey tahun 1916, merupakan sebuah filosofi yang menekankan pada pengembangan minat dan pengalaman siswa. Metode ini menjadikan lingkungan sekitar sekolah sebagai laboratorium yang sampai saat ini keberadaannya sering kita nafikan. Padahal banyak mata pelajaran yang objeknya ada di lingkungan sekitar, seperti pasar, bank, dan supermarket, dapat menjadi laboratorium pelajaran ekonomi. Sungai dan sawah beserta habitat yang ada dapat menjadi sumber praktikum biologi. Bahkan pengadilan dapat menjadi objek yang menarik bagi siswa, karena di benak siswa selama ini, pengadilan terbayang sebagai tempat yang angker dan menakutkan. Penjara juga perlu dikunjungi agar siswa tahu keberadaan narapidana di sana, sehingg sadar dan tahu hukuman apa yang akan didapat jika melakukan pelanggaran hukum.

Belajar dengan lingkungan sekitar menjadikan siswa lebih fun, karena tidak membosankan. Proses belajar yang biasanya berlangsung terus di kelas akan cepat memberi suasana jenuh dan akibatnya adalah menurunkan mood siswa untuk belajar. Dengan pendekatan CTL, siswa akan lebih aktif baik untuk mencari, bertanya, bekerja sama, atau pun usaha-usaha kearah penemuan (inkuiri). Peran guru yang selama ini tidak lebih sebagai pengabar kurikulum berubah menjadi fasilitator, bahkan dapat pula menjadi seorang talent scout (pemandu bakat). Proses belajar pun semakin luas, tidak hanya learning know (belajar untuk tahu), tetapi juga learning to do (pembelajaran berbuat), learning to be (belajar beraktualisasi diri), dan learning to live together (belajar hidup bersama).

Belajar dengan pendekatan CTL akan mengakrabkan siswa dengan dengan lingkungan sekitar .  Siswa tidak kuper terhadap keberadaan lingkungan tempat ia berada. Dengan demikian, diharapkan siswa lebih terpanggil untuk menjaga lingkungan. Untuk itu guru harus pandai-pandai mengelola siswa dalam upaya mengakrabkan siswa dengan lingkungan. Ada beberapa kiat yang bisa dilakukan oleh guru, antara lain menjadikan lingkungan halaman sekolah sebagai taman dengan berbagai macam tumbuhan yang ada kaitannya dengan materi pelajaran. Untuk langkah ini, siswa diharuskan membawa tumbuhan yang berbeda-beda. Selain itu guru dapat juga menugaskan siswanya membawa bebatuan, tentu dengan jenis yang berbeda-beda pula. Supaya pembelajaran lebih integral dan lebih berkesan pada siswa, perlu ada kerjasama antar guru dalam penugasan. Misal, ketika guru biologi menugaskan untuk mencari tanaman, maka guru mata pelajaran seni menugaskan siswa untuk melukis daun tanaman tersebut. Dengan demikian, terjadi kesinergisan dalam proses belajar mengajar.

Selain lingkungan sekitar sebagai laboratorium dalam CTL, anggota masyarakat juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar (narasumber). Polisi, ulama, dan wiraswastawan dapat dijadikan sebagai narasumber sehingga akan terwujud apa yang dinamakan masyarakat belajar (learning community). Untuk itu, guru harus proaktif dengan mengunjungi para narasumber sehingga dicapai kesepakatan-kesepakatan untuk saling memberi dan menerima demi kemajuan pendidikan. Penentuan satu topic tentunya tidak boleh asal tetapi harus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, berhubungan erat dengan lingkungan siswa, serta dapat member pengalaman lebih terhadap siswa.

Selain guru mata pelajaran, Kepala sekolah juga harus mendukung program ini. Kepala Sekolah harus mampu mengorganisasi guru agar terwujud proses pembelajaran yang membumi. Untuk itu Kepala Sekolah dapat memfasilitasi guru, mengajak guru untuk menengok lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. Agar prosesnya tidak kaku, maka perlu adanya penelitian dahulu disertai perencanaan yang matang.

Dengan metode CTL dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, secara otomatis akan tercapai pembelajaran yang  konstruktif. Ada tanya jawab (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya ( authentic assessment).

 

Paulus Budi Winarto

Guru SMP Pendowo Ngablak-Magelang

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment