Article Detail

Kiat Mendesain Pembelajaran Berkualitas

Di era globalisasi yang serba kompetitif, dunia kerja menuntut adanya sumber daya manusia yang handal dan mempunyai daya juang yang tinggi agar mampu menghadapi tantangan zaman secara cepat, tepat dan efektif. Dunia pendidikan diharapkan mempersiapkan putra putri bangsa sejak usia dini.

Untuk menjawab tantangan ini, para pelaku pendidikan harus mempunyai pemahaman, persepsi, dan orientasi yang tepat mengenai proses pembelajaran. Pergeseran paradigma dalam proses pembelajaran harus dipegang teguh oleh guru selaku pendidik dan pengajar di sekolah. Misalnya, proses pembelajaran di era sekarang ini sudah menuntut keaktifan siswa (student active teaching), bukan lagi teacher active teaching. Orientasi pembelajaran bukan pada guru (teacher oriented) tetapi berpusat pada anak (student oriented).

Dengan orientasi pembelajaran demikian, hendaknya guru menyadari bahwa dirinya lebih tepat memposisikan diri sebagai fasilitator yang akan memfasilitasi siswa dalam proses belajar. Siswa di bawah bimbingan guru diharapkan dapat memecahkan kesulitan yang ditemukan dengan mencari jawaban di berbagai sumber dan media belajar, seperti media cetak, media elektronik, atau sumber-sumber belajar lainnya. Sehingga siswa benar-benar akan mendapatkan pengalaman belajar secara langsung dengan melalui suatu tahapan, dengan berproses, dan bukan mendapatkan pengalaman belajar dengan cara instan, karena ilmu yang didapat dengan cara ini tidak efektif dan dengan mudah untuk hilang dari ingatan seorang siswa karena daya ingat dan kemampuan anak sangat terbatas dan berbeda-beda.

Pada pelajaran Bahasa Indonesia sebagian siswa  mengatakan pelajaran itu sangat membosankan, padahal pelajaran ini bukan merupakan pelajaran yang sulit untuk dipelajari. Karena pada pelajaran Bahasa Indonesia ada kecenderungan guru haya mencapai ranah pengetahuan bukan pada keterampilan berbahasa. Agar pembelajaran Bahasa Indonesia dapat lebih menarik dan tidak membosankan, guru sangat dituntut kreativitasnya di dalam mengemas dan menyampaikan bahan ajar dari pelajaran tersebut.

Sebagai contoh, pengajaran materi menulis surat, jika guru mengajarkan materi ini secara klasikal dengan gaya lama hanya mentransfer saja, anak-anak kelihatannya mudah menyerap dan menerimanya. Tetapi bisa jadi nanti pada saat ulangan akhir semester, jika ada pertanyaan yang berhubungan dengan materi tersebut sebagian anak sudah lupa dan tidak bisa menjawabnya. Mengapa demikian? Ini disebabkan oleh kelemahan guru yang tidak mengajak anak berproses untuk mendapatkan pengalaman belajar langsung berkaitan dengan menulis surat. Anak hanya mendapat informasi dan penjelasan dari guru.

Seandainya guru Bahasa Indonesia mau mengubah pola mengajarnya, maka tahapan langkah atau cara setelah ia memberikan informasi pembelajaran adalah siswa disuruh membuat berbagai jenis surat dengan mencari contoh dari berbagai sumber lalu mengirimkannya. Misalnya, siswa disuruh menulis surat pribadi kepada teman yang ada di daerah lain dengan menggunakan jasa pos, atau kalau ada lomba  menulis surat kepada pejabat anak diberi tugas untuk mengikuti. Jika ada anak yang berhasil mendapatkan juara atau balasan dari rekannya, guru memberikan peneguhan dengan cara membahasnya di dalam kelas, niscaya anak akan bangga dan secara tidak langsung anak akan mendapatkan multi pengalaman belajar yang tidak pernah akan hilang dan terlupakan, bukan dengan ukuran ulangan akhir semester atau ulangan kenaikan kelas tetapi sepanjang hayatnya anak tersebut akan tetap terkesan dan terkenang.

Dalam bidang seni baik itu bersifat daerah atau nasional, anak akan lebih senang jika pembelajaran dengan menekankan pada kreativitas anak untuk dapat berkreasi sendiri dengan belajar dari berbagai nara sumber baik guru atau orang-orang di sekitar yang memang mempunyai skill atau keahlian dalam bidangnya. Dan pada akhir semester anak diberikan ulangan praktik dengan diberi kebebasan untuk tampil dengan berbagai kostum yang beraneka ragam. Secara tidak langsung siswa akan semakin merasa happy dan menambah rasa percaya diri, sehingga talenta dan bakat-bakat terpendam akan dapat bertunas. Sehingga pembelajaran dapat bermanfaat langsung baik bagi sekolah, orang tua dan masyarakat.

Contoh lain dalam pembelajaran IPA dengan materi Mencangkok. Siswa diminta membawa tanaman dan peralatan untuk dipraktikkan bersama-sama temannya di sekolah, dan di bawah arahan dan bimbingan guru siswa akan dengan senang melaksanakan tugas tersebut, meski mereka harus berlepotan dengan tanah, dan kadang-kadang harus ada anak yang terluka oleh pisau, dan banyak sekali risiko lain, termasuk risiko waktu. Di sini guru tidak perlu terlalu takut dengan risiko-risiko yang bakal terjadi sepanjang guru ikut masuk dalam proses pembelajaran karena risiko itu juga akan dapat memperbanyak pengalaman belajar bagi anak, dengan risiko anak akan semakin berkesan.

Jika semua mata pelajaran di sekolah seperti matematika, IPS, dan pelajaran lainnya disampaikan oleh guru dengan cara yang menarik dan menyenangkan, niscaya tidak ada lagi kesan-kesan pelajaran itu sulit, membosankan, membuat ngantuk, bahkan menakutkan. Ciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Menarik atau tidaknya suatu pembelajaran, kuncinya ada pada guru.

Secara garis besar langkah-langkah suatu pembelajaran di kelas dapat disimpulkan menjadi tiga tahapan, yakni kegiatan awal, kegiatan inti dan penutup. Pada tahap awal guru mengkondisikan suasana kelas, misalnya, ubah dari suasana bermain menuju suasana belajar. Lalu guru dapat melakukan apersepsi/luncuran, misalnya dengan pretest, cerita, mengulang pelajaran yang lalu, dan lain-lain.

Pada tahap kegiatan inti guru dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut: (1) sampaikan tujuan pembelajaran sesuai dengan indikator. (2) gunakan lembar kerja, lebih-lebih jika akan ada kerja kelompok. (3) pilihlah media pembelajaran yang tepat sesuai dengan bahan ajar. (4) gunakan multi metode yang tepat (jika harus menggunakan metode ceramah, pilihlah ceramah bervariasi). (5) jika mungkin adakan presentasi untuk melatih keberanian anak. (6) jika guru akan mengadakan tanya jawab, hindari jawaban yang bersifat klasikal, dan arahkan jawaban individual. (7) sesering mungkin guru memotivasi anak, dengan memberikan peneguhan dan pujian. (8) penyampaian bahan ajar harus sistematis dari yang mudah ke yang sulit, dari yang sederhana ke hal yang lebih kompleks.

Pada tahapan penutup guru dapat menempuh langkah-langkah seperti: (1) lakukan evaluasi untuk mengetahui keberhasilan dalam proses belajar. (2) simpulkan pelajaran yang telah dilalui. (3) kondisikan kembali suasana kelas sebelum ditinggalkan dengan memberikan berbagai saran/nasihat/peneguhan yang dapat berguna untuk menunjang pertemuan berikutnya.   

 

Paulus Budi Winarto
Guru SMP Pendowo Ngablak

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment