Article Detail

Experential Learning Bagian 2

Tahapan-tahapan kegiatan Pembelajaran Experential Learning

 

Pada tulisan yang lalu, sudah disampaiakan mengenai substansi  dan definisi dari experiential learning. Pada kesempatan iniakan akan saya sampaiakan mengenai tahapan-tahapan experiential learning, yaitu:



1. Concrete Experience (CE)

Pada tahap concrete experience, pebelajar baik secara individu, tim, atau organisasi hanya mengerjakan tugas. Tugas yang dimaksudkan adalah aktivitas sains yang mendorong mereka melakukan kegiatan sains atau mengalami sendiri suatu fenomena yang akan dipelajari. Siswa berperan sebagai partisipan aktif. Fenomena ini dapat berangkat dari pengalaman yang pernah dialami sebelumnya baik formal ataupun informal, atau situasi yang bersifat real problematic sehingga mampu membangkitkan interest siswa untuk menyelidiki lebih jauh.

2. Refective Observation (RO)

Pada tahap refective observation, siswa mereview apa yang telah dilakukan atau dipelajari. Keterampilan mendengarkan, memberikan perhatian atau tanggapan, menemukan perbedaaan, dan menerapakan ide atau gagasan dapat membantu dalam memperoleh hasil refleksi. Siswa mengamati secara seksama dari aktivitas sains yang sedang dilakukan dengan menggunakan panca indra (sense) atau perasaan (feeling) kemudian merefleksikan hasil yang didapatkan. Pada tahap ini siswa mengkomunikasikan satu sama lain hasil refleksi yang dilakukan

3. Abstract Conceptualization (AC)

Tahap abstract conceptualization merupakan tahapan mind-on atau fase “think” di mana pebelajar mampu memberikan penjelasan mtematis terhadap suatu fenomena dengan memikirkan, mencermati alasan hubungan timbal balik (reciprocal-causing) terhadap pengalaman (experience) yang diperoleh setelah melakukan observasi dan refleksi terhadap penglaman sains pada fase concrete experience. Pebelajar mencoba mengkonseptualisasi suatu teori atau model terhadap penglaman yang diobservasi dan mengintegrasikan pengalaman baru yang diperoleh dengan pengalaman sebelumnya (prior experience).

4. Active Experimentation (AE)

Pada tahap ini, pebelajar mencoba merencanakan bagaimana menguji kemampuan suatu teori atau model untuk menjelaskan pengalaman baru yang diperoleh selanjutnya. Proses belajar bermakna akan terjadi pada tahap active experimentation (Mardana, 2006). Pengalaman yang diperoleh pebelajar sebelumnya dapat diterapkan pada pengalaman baru dan atau situasi problematik yang baru. Melalui kegiatan active experimentation ini siswa akan melatih kemampuan berpikir kritis. Siswa mengetahui sejauh mana pemahaman yang telah dimiliki dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkait dengan pengalaman sehari-hari. Terdapat tahapan penting dalam pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran Experiential yang terangkum dalam sintak pembelajaran. Menurut Mardana (2006), model pembelajaran Experiential mampu menyediakan tahapan-tahapan pembelajaran yang menekankan pada terjadinya proses transformasi pengalaman sains berangkat dari pengalaman sehari-hari.

 

Dari berbagai sumber

 

Paulus Budi Winarto

Guru SMP Pendowo Ngablak-Magelang

 

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment