Article Detail

Empat Pilar Proses Pembelajaran

Untuk menggapai tujuan pendidikan nasional yakni makin menjadi manusia dewasa yang ditandai terbangunnya relasi harmonis si subjek pembelajar dengan dirinya, sesama, lingkungan dan Tuhan Yang Maha Esa, Empat Pilar pendidikan yang dicanangkan UNESCO tetap harus dirujuk. Apalagi di era yang cepat berubah berkat kemajuan IPTEK ini, pendidikan tradisional yang terutama bersifat kuantitatif dan knowledge based tidak lagi sesuai. Artinya, saat ini tidaklah cukup  untuk menyediakan setiap anak di awal kehidupannya dengan segudang pengetahuan untuk terus tergambar hingga nanti. Setiap individu harus dilengkapi untuk menangkap kesempatan belajar di sepanjang hayat, baik untuk memperluas wawasannya, keterampilan, dan sikapnya maupun untuk beradaptasi terhadap perubahan dunia yang saling tergantung.

Dunia internasional yang dipelopori oleh UNESCO melalui “The International Commission on Education For The Twenty-First Century yang dipimpin oleh Jacques Delors menyimpulkan bahwa untuk memasuki abad 21, pendidikan perlu berangkat dari empat pilar proses pembelajaran, yaitu: (1) Learning to know, (2) Learning to do, (3) Learning to be, dan (4) Learning to live together.

  1. A.      Learning to Know

Prinsip pembelajaran jenis ini yaitu tentang memperoleh informasi secara terperinci.  Informasi yang disusun untuk menguasai instrumen dari pengetahuan itu sendiri, dan dapat dihargai ketika bermakna  dalam kehidupan. Dengan  kata lain, pembelajaran ini memungkinkan masing-masing individu pada akhirnya cukup memahami tentang lingkungan agar mereka mampu untuk hidup lebih bermartabat, mengembangkan keterampilan dan dapat memahami informasi, serta dapat melakukan penemuan.

  1. B.      Learning to Do

Learning to do lebih mendekati pertanyaan yang berhubungan dengan pelatihan vokasional, yaitu: bagaimana peserta didik dapat diajarkan untuk dapat menerapkan apa yang mereka pelajari ke dalam suatu latihan dan bagaimana pendidikan dapat beradaptasi pada pekerjaan masa depan ketika ada suatu hal yang mustahil untuk meramalkan bagaimana persisnya pekerjaan itu akan meningkat?

Industri ekonomi masa depan bergantung pada kemampuan mereka untuk mengubah bentuk pengetahuan lebih lanjut ke dalam inovasi yang menghasilkan sebuah bisnis dan pekerjaan baru. Oleh karena itu Learning To Do tidak lagi mempunyai arti yang sederhana ketika berhubungan dengan persiapan sesuatu untuk mendefinisikan tugas praktis yang sangat jelas dalam rangka berperan untuk pembuatan sesuatu. Penerapan pilar kedua ini merupakan suatu upaya agar peserta didik menghayati proses belajar dengan melakukan sesuatu yang bermakna, suatu proses pembelajaran yang dikenal dengan “active learning”.

 

  1. C.      Learning To Be

Prinsip yang paling dasar bahwa pendidikan harus berperan untuk mengembangkan setiap individu secara keseluruhan, baik pikiran dan badan, kecerdasar inteligen, kepekaan, rasa keindahan, tanggung jawab pribadi, dan nilai-nilai rohani. Semua manusia harus dimungkinkan untuk mengembangkan kemandirian, pemikiran yang kritis dan bentuk dari penilaian mereka sendiri, dalam rangka untuk menentukan bagi diri mereka sendiri apa yang mereka percayai harus mereka lakukan dalam keadaan hidup yang berbeda.

Penerapan pola ketiga merupakan suatu prinsip pendidikan yang dirancang bagi terjadinya proses pembelajaran yang memungkinkan lahirnya manusia terdidik yang mandiri. Rasa kemandirian akan tumbuh dari sikap percaya diri, dan percaya diri akan lahir dari pemahaman dan pengenalan dirinya secara tepat. Atas dasar ini maka proses pembelajaran pertama harus memungkinkan peserta didik mengenal dirinya dengan penuh kebahagiaan. Itu sebabnya dengan pilar ketiga ini harapan untuk mewujudkan kedewasaan peserta didik dalam proses pembelajaran lebih terbuka kemungkinannya.

Pendekatan belajar aktif yang pada hakikatnya sama dengan pendekatan pertama juga memungkinkan peserta didik untuk menemukan kebahagiaan dalam belajar yang pada akhirnya dapat menemukan dirinya. Menemukan dan mengenal dirinya merupakan pangkal dari proses anak untuk tidak bergantung pada orang lain. Hal ini merupakan bentuk belajar yang akan menunjang terbentuknya pribadi dewasa yang mandiri sebagaimana kita cita-citakan.

  1. D.      Learning To Live Together

Penerapan pilar ke empat dalam era globalisasi yang sarat dengan muatan teknologi dan perdagangan bebas, dianggap bertambah penting. Karena dimensi kemanusiaan yang dijunjung tinggi oleh setiap agama sering terlupakan karena tekanannya pada pertambahan nilai material (kebendaan). Karena itu, proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik menghayati hubungan antar manusia secara intensif dan terus menerus sangatlah penting.

Untuk itu integritas nilai-nilai yang kita kembangkan dalam diri peserta didik ke dalam proses pembelajaran dalam bentuk atau aturan tingkah laku hubungan antar manusia, antar peserta didik dan antara peserta didik dengan pendidik sangatlah perlu.

Oleh karena itu, berdasarkan penerapan empat pilar proses pembelajaran di atas dan demi dapat terlaksananya fungsi dan tercapainya tujuan pendidikan nasional, menurut Prof. Soedijarto, MA (Januari, 2000), perlu mengembangkan berbagai strategi, yaitu:

  1. Perlu dikembangkan suatu sistem kurikulum yang memungkinkan dapat berlangsungnya proses pembelajarn yang secara epistomologis, psikologis, dan sosial/moral relevan.
  2. Perlu peningkatan profesionalitas tenaga kependidikan melalui penyempurnaan sistem pendidikan prajabatan dan dalam jabatan guru, serta pembinaan guru untuk meningkatkan kewibawaan guru dan tenaga kependidikan lainnya.
  3. Perlu pengembangan sistem pengelolaan pendidikan dengan menegakkan sekolah/lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan nilai-nilai yang sesuai dengan tuntutan masyarakat maju berdasarkan Pancasila.
  4. Perlu menyamakan persepsi masyarakat, terutama orang tua dan tokoh masyarakat serta pemimpin formal, tentang perlunya memberikan dukungan bagi terlaksananya fungsi dan tercapainya tujuan pendidikan nasional dalam rangka memperkuat daya tahan ekonomi nasional.

Dengan penerapan empat pilar pendidikan yang dicanangkan UNESCO dalam proses pembelajaran di kelas  diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi terwujudnya hakikat, fungsi dan tujuan pendidikan nasioanl. Tentu inovasi-inovasi yang terus menerus dalam proses pembelajaran tetap diperlukan demi terwujudnya pembelajaran yang mendewasakan dan menyenangkan peserta didik. Semoga.

 

Paulus Budi Winarto                                                                                                     

Guru SMP Pendowo Ngablak  

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment