Article Detail
Belajar dari Abraham
Apakah kita memiliki kerinduan hati? Jika ada, tentunya kita memiliki keputusan untuk melihat kerinduan kita terjadi dalam hidup kita. Kerinduan yang bukan sekedar angan-angan atau lamunan, tetapi berupa kekuatan yang memotivasi kita untuk selalu memikirkannya sepanjang hari dan malam.
Banyak tokoh besar yang memutuskan untuk menantikan mukjizat, menaati Tuhan, mempercayai firman-Nya, dan akhirnya memperoleh apa yang dia rindukan.
Salah satu tokoh besar tersebut adalah Abraham. Abraham telah melakukannya. Ketika Tuhan memintanya untuk mempersembahkan anak terkasihnya, Ishak, Abraham memutuskan dalam hatinya, bahwa ia akan mentaati Tuhan dan mempercayai-Nya apa pun akibatnya. Meskipun ia mencintai anaknya lebih daripada mencintai segalanya yang ada di muka bumi ini, kerinduan terdalam Abraham adalah mengasih dan mentaati Tuhan.
Ketika Abraham sungguh-sungguh mempersiapkan pengorbanan buah hatinya, Tuhan melihat bahwa kerinduannya itu murni dan kesediaannya mempersembahkan Ishak menjadi bukti yang berkenan kepada-Nya.
Apakah kita bersedia, sebagaimana Abraham memutuskan hari ini untuk mencari panggilan Tuhan tertinggi bagi hidup kita? Untuk mentaati-Nya sepenuhnya? Untuk mempercayai firman Tuhan?
Paulus Budi Winarto
Guru SMP Pendowo Ngablak-Magelang
-
there are no comments yet