Article Detail
Belajar Berdemokrasi Lewat OSIS
Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) merupakan wahana belajar bagi calon-calon pemimpin bangsa. Sekolah menyelenggarakan kegiatan pembelajaran, memfasilitasi terjadinya proses pembelajaran generasi muda berupa pembinaan, bimbingan, didikan, pelatihan dan pengembangan kemampuan siswa untuk mencapai tujuan pengembangan diri untuk kehidupan kini maupun di masa yang akan datang.
Perspektif baru dalam dunia modern dan kehidupan demokratis selalu menstimulasi setiap individu untuk berpartisipasi aktif dalam semua kegiatan berorganisasi serta aktivitas kehidupan, dan ikut memikul tanggung jawab susila yang lebih besar. Setiap orang diharapkan bisa memikirkan, menerapkan, dan menilai kembali kontribusi sosial masing-masing dalam kehidupan bersama. Hal ini perlu ditumbuhkembangkan dalam OSIS. Dengan demikian sedini mungkin para siswa terlatih untuk melakukan proses pengembangan kreativitas dalam kehidupan bersama dalam menghasilkan kehidupan berbudaya, sebagai suatu bangsa.
Semua kegiatan manusia itu dimunculkan oleh dorongan vital dan dorongan aktualisasi diri yang terdapat pada setiap individu, yang harus tersalur dan dilaksanakan secara nyata. Aktualisasi diri harus diartikan sebagai “mengaktualisasikan” segenap bakat dan kemampuannya dalam bentuk bermacam-macam kegiatan dan karya. Maka aktivitas dan pertisipasi aktif setiap anggota organisasi sedemikian jelas bisa menjadi fundamen pokok kebahagiaan bersama dalam berkarya dan membangun kehidupan bermasyarakat.
OSIS Sebagai Sistem Kerjasama
Organisasi adalah setiap bentuk persatuan antara dua orang atau lebih yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama dan terikat secara formal dalam satu ikatan hierarki, yaitu selalu terdapat hubungan antara seorang atau sekelompok orang yang disebut pemimpin dan seorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan (Siagian, Sondang P, 1976;20). Organisasi Siswa Intra Sekolah atau OSIS adalah sistem kerjasama para siswa untuk mencapai tujuan bersama. Terbentuknya “pengurus” OSIS dilakukan dengan cara demokrasi, yaitu dengan cara pemungutan suara oleh para siswa, bukan oleh penunjukan pihak sekolah.
Agar terjadi ketertiban di dalam kegiatan OSIS, maka perlu ada pengaturan mengenai pembagian tugas, cara kerja, dan hubungan antara pekerjaan yang satu dengan pekerjaan lain serta pribadi satu dengan yang lain. Pengurus harian OSIS terdiri dari unsur-unsur ketua, sekretaris, dan bendahara. Kemudian dilangkapi dengan bidang-bidang atau departemen, selanjutnya lebih rinci lagi sampai pada seksi-seksi. Dengan demikian OSIS dapat diartikan sebagai kumpulan para siswa di sebuah sekolah, yang tunduk pada konvensi bersama untuk mengatur kerjasama dan interaksi sehingga tujuan yang diharapkan tercapai.
Langkah pertama dalam pengorganisasian OSIS diwujudkan melalui perencanaan dengan menetapkan bidang-bidang/fungsi-fungsi yang termasuk ruang lingkup kegiatan yang diselenggarakan oleh OSIS. Keseluruhan pembidangan itu sebagai suatu kesatuan merupakan total sistem yang bergerak ke arah satu tujuan. Dengan demikian setiap pembidangan kerja dapat ditempatkan sebagai sub sistem yang mengemban sejumlah tugas yang sejenis sebagai bagian dari keseluruhan kegiatan yang dieban oleh organisasi ini.
Pembagian atau pembidangan kerja itu harus disusun dalam suatu struktur yang kompak dengan hubungan kerja yang jelas agar yang satu akan mampu melengkapi yang lain dalam rangka mencapai tujuan. Struktur organisasi merupakan kerangka yang terdiri dari satuan-satuan kerja atau fungsi-fungsi yang memiliki wewenang dan tanggung jawab yang bersifat hierarki atau bertingkat. Di antara satuan-satuan kerja itu ditetapkan pula hubungan kerja formal dalam menyelenggarakan kerjasama satu sama lain, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing. Di samping segi formal itu suatu struktur organisasi mengandung pula kemungkinan diwujudkannya hubungan informal yang dapat meningkatkan efisiensi pencapaian tujuan.
Segi informal ini diwujudkan dalam bentuk hubungan kerja sama yang mungkin dikembangkan karena hubungan pribadi antar personal yang memikul beban kerja dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing. Segi informal dalam OSIS adalah segenap jalinan hubungan kerja dan aktivitas yang tidak ditentukan secara resmi dalam struktur organisasi. Segi ini akan terlihat bilamana OSIS telah melakukan aktivitas dalam mewujudkan volume dan beban kerja untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Bentuk-bentuknya adalah kegiatan konsultasi, pengumpulan informasi, meminta dan memberikan pertimbangan, petunjuk kerja, koreksi, saran-saran dan lain-lain.
Struktur organisasi yang baik adalah yang memiliki hubungan formal kooperatif ditunjang dengan hubungan informal yang memungkinkan antar personal melakukan kerja sama tanpa terikat pada syarat penjenjangan satuan kerja dan kedudukan kepengurusan. Untuk mewujudkan organisasi yang baik dan efektif bagi pencapaian tujuan, Dr. Hadari Nawawi (1985) menganjurkan perlunya penerapan beberapa asas pengorganisasian sebagai berikut: (1) Organisasi harus fungsional, artinya perlu dilakukan pengelompokan satuan kerja untuk melaksanakan fungsi-fungsi organisasi agar efektif bagi pencapaian tujuan. Keseluruhan satuan kerja harus kompak yang memungkinkan seluruh fungsi organisasi dapat diwujudkan; (2) Pengelompokan satuan kerja harus menggambarkan pembagian kerja, artinya beban kerja setiap satuan kerja harus dijabarkan menjadi aktivitas yang jelas jenis dan sifat serta batas-batasnya; (3) Organisasi harus mengatur pelimpahan wewenang dan tanggung jawab, artinya mengatur penyerahan sebagian hak yang seharusnya dilakukan oleh ketua organisasi, kepada pengurus lainnya; (4) Organisasi harus mencerminkan rentangan kontrol; (5) Organisasi harus mengandung kesatuan perintah; (6) Organisasi harus fleksibel dan seimbang.
Kepengurusan OSIS Dipilh Secara Demokratis
Bekerja itu merupakan aktivitas sosial bagi manusia, dengan dua fungsi pokok yaitu : (1) memprodusir barang/benda-benda dan jasa-jasa bagi diri sendiri dan orang lain; dan (2) mengikat individu pada pola interrelasi manusiawi dengan individu lain, karena orang harus selalu bekerja sama dan berkomunikasi dengan orang lain (Kartono, Kartini;1983; 13). OSIS merupakan aktivitas sosial para siswa dengan fungsi pokok mengikat individu pada pola interelasi manusiawi dengan individu lain.
Pengurus OSIS merupakan kelompok sosial dengan keinsyafan bahwa program-program aktivitas sosial bagi para siswa dimungkinkan terlaksana dan tujuan yang diharapkan tercapai oleh kerjasama diantara mereka, dengan motivasi yang sama juga. Apabila tidak ada keinsyafan untuk terwujudnya jalinan kerja sama, yaitu masing-masing memiliki motivasi sendiri-sendiri, sehingga melakukan aktivitas sendiri-sendiri dan mengabaikan kerja sama, maka timbullah percekcokan yang mengakibatkan terjadi pemborosan tenaga dan terpecahnya kelompok.
Pengurus OSIS merupakan sebuah panitia yang bertugas dalam kurun waktu satu periode tahun pelajaran untuk berperan sebagai perencana dan pelaksana aktivitas siswa, terutama dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler. Mereka adalah “pemegang mandat” dari seluruh siswa di sekolah tersebut. Oleh sebab itu pemilihan orang-orang yang dipercaya menduduki jabatan kepengurusan dilakukan secara demokratis, dapat langsung atau melalui perwakilan.
Disarankan di samping Pengurus OSIS yang merupakan “Badan Eksekutif Siswa (BES)” dengan tugas merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler siswa, juga perlu dibentuk Dewan Perwakilan Siswa (DPS) dari setiap kelas (rombongan belajar) untuk bertugas menilai pekerjaan Pengurus OSIS. Dengan demikian para siswa memperoleh pengalaman berdemokrasi dan berorganisasi serta “mengatur” lembaga atau instansi yang kelak akan dijalaninya.
Paulus Budi Winarto, SPd
Guru SMP Pendowo Ngablak-Magelang
-
there are no comments yet